Selasa 10 Mar 2015 13:37 WIB

Terlalu Banyak Pujian Dorong Anak Jadi Narsis

Pujian berlebihan bisa mendorong anak jadi narsis.
Foto: ABC News
Pujian berlebihan bisa mendorong anak jadi narsis.

REPUBLIKA.CO.ID, Pujian berlebihan yang diterima anak-anak terbukti mendorong perkembangan sifat narsistik mereka. Kebanyakan dari mereka jika dikritik kemudian menjadi agresif.

Demikian terungkap dalam hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal Proceedings of the National Academy of Science pekan ini. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah sifat-sifat narsis seseorang merupakan akibat dari kurang atau berlebihannya perhatian dari orang tua.

Narsisme berasal dari nama tokoh mitologi Yunani, Narcissus, yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Konon ia begitu terkagum-kagum dengan bayangan dirinya di air kolam sehingga akhirnya jatuh dan tenggelam dalam kolam itu.

"Anak-anak selalu merasa lebih baik dari yang lain, namun pada saat yang sama selalu meminta perhatian dan pujian dari orang lain," jelas Eddie Brummelman, dari University of Amsterdam, yang menulis laporan penelitian ini.

"Pada intinya, anak-anak itu sebenarnya sangat rentan," ujar Brummelman. "Misalnya, saat mereka dikritik atau merasa dihina, mereka akan menjadi agresif sekali."

Dijelaskan, ada dua teori yang saling bertentangan mengenai pengaruh perhatian orang tua terhadap sifat-sifat narsis. Pertama, teori yang menyatakan bahwa sifat tersebut terbangun sebagai mekanisme pertahanan anak dalam menutupi kurangnya kehangatan dan kasih sayang orang tuanya.

Teori kedua justru menyebutkan sifat narsis merupakan akibat dari perhatian dan pujian berlebihan yang diterima anak tersebut. "Teori Pembelajaran Sosial (social learning theory) menyebutkan bahwa narsisme terbangun saat orang tua percaya bahwa anak-anak mereka lebih penting daripada anak orang lain, lebih spesial dan lebih berharga," jelas Brummelman.

Penelitian ini melibatkan 565 anak-anak Belanda usia 7-11 tahun dan orang tuanya. Mereka diberi kuisioner yang didesain untuk mengukur penilaian diri sendiri serta mengevaluasi kasih sayang yang mereka terima dari orang tuanya. Sementara para orang tua harus menjawab kuisioner yang mengevaluasi dan memeriksa bentuk kasih sayang mereka kepada anak-anaknya.

"Jadi kepada orang tua kami tanyakan, misalnya, apakah Anda setuju bahwa 'anak saya lebih spesial dari anak orang lain'. Pertanyaan semacam itu," jelasnya.

Peneliti juga meminta para orang tua untuk memberi peringkat kecerdasan anak-anaknya, yang kemudian dicocokkan dengan tingkat IQ anak-anak tersebut yang sebenarnya. Setelah melakukan perhitungan, ditemukan adanya hubungan signifikan antara perhatian berlebihan orang tua dengan sifat narsis anaknya. "Namun yang perlu disadari bahwa sifat narsistik itu tidak terbangun dalam waktu semalam," tambahnya lagi.

Brummelman berharap penelitiannya bisa menjadi masukan bagi orang tua terutama dengan kian meningkatnya kecenderungan narsisme di kalangan anak-anak di dunia Barat dewasa ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement