Ahad 08 Feb 2015 12:06 WIB

ASI Siapkan Perut Bayi Cerna Makanan Padat

Pemberian ASI eksklusif tampaknya memuluskan transisi ke makanan padat.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pemberian ASI eksklusif tampaknya memuluskan transisi ke makanan padat.

REPUBLIKA.CO.ID, Kelahiran juga menandai awal hubungan sepanjang hidup yang indah antara bayi dengan miliaran mikroba yang akan segera mendiami saluran pencernaan mereka.

Dalam studi yang dipublikasikan pada 5 Januari di Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, para peneliti menemukan bahwa diet bayi pada beberapa bulan pertama kehidupan mereka sangat berpengaruh pada komposisi, keragaman dan stabilitas mikrobia saluran pencernaan.

Menurut para peneliti dari University of North Carolina (UNC) School of Medicine dan UNC College of Arts and Sciences, faktor-faktor itu pada gilirannya mempengaruhi kemampuan bayi untuk beralih dari susu ke makanan padat dan bisa berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang.

"Kami menemukan bahwa bayi yang hanya diberi air susu ibu (ASI) memiliki komunitas mikrobia yang tampaknya lebih siap untuk pengenalan makanan padat," kata Andrea Azcarate-Peril, PhD, asisten profesor di departemen biologi dan fisiologi sel dan penulis senior hasil studi itu.

"Transisi ke makanan padat jauh lebih dramatis bagi mikrobia bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Kami pikir mikrobia pada bayi yang tidak dapat ASI eksklusif bisa berkontribusi pada lebih banyak sakit perut dan kolik."

Penemuan itu menumbuhkan kesadaran bahwa mikrobia saluran pencernaan berperan penting dalam membantu mencerna makanan dan melawan pathogen, di samping fungsi-fungsi yang lain

"Studi ini memberikan lebih banyak dukungan terhadap rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia dan yang lain soal pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan," kata Amanda Thompson, PhD, associate professor di departemen antropologi, Carolina Population Center, dan penulis pertama hasil studi itu.

"Kita bisa melihat dari data bahwa memasukkan formula dalam diet bayi mengubah bakteri saluran pencernaan bahkan jika tetap diberi air susu ibu. ASI eksklusif tampaknya memuluskan transisi ke makanan padat."

Untuk studi ini, tim peneliti mengumpulkan sampel feses dan informasi tentang diet dan kesehatan sembilan bayi selama mereka tumbuh dari usia dua pekan sampai 14 bulan.

Menggunakan teknik perunutan genomik, para ilmuwan menyimpulkan tipe dan fungsi bakteri dalam usus. Hasil analisis mengungkap bahwa selama beberapa bulan pertama kehidupan jelas perbedaan antara mikroba usus bayi yang mendapat ASI secara eksklusif dibandingkan mereka yang mendapat ASI dan susu formula. Temuan ini konsisten dengan studi sebelumnya.

Yang mengejutkan Thompson dan Azcarate-Peril, yang juga direktur UNC Microbiome Core Facility, adalah perbedaan genetik drastis dalam sampel feses yang diambil setelah bayi mulai mengonsumsi makanan padat.

Para peneliti menemukan jumlah yang berbeda sekitar 20 enzim bakterial dalam saluran pencernaan bayi yang mendapat ASI eksklusif ketika dibandingkan ketika bayi yang mendapat ASI eksklusif dan makanan padat. Ini mengindikasikan bahwa sejumlah spesies bakteri baru masuk ke lokasi untuk membantu pemrosesan jenis makanan baru.

Pada bayi yang mendapat susu formula dan ASI dan kemudian dikenalkan dengan makanan padat, analisis sampel mengungkap bahwa ada sekitar 230 enzim, menunjukkan perubahan dramatis dalam komposisi mikrobia saluran pencernaan.

Mikrobia pada usus bayi yang mendapat ASI eksklusif cenderung kurang beragam dan didominasi oleh Bifidobacterium, jenis bakteri yang dianggap bermanfaat untuk pencernaan. Bayi yang mendapat campuran ASI dan susu formula memiliki proporsi Bifidobacterium lebih sedikit.

Studi itu menunjukkan bahwa pembentukan mikroba bisa mempengaruhi kemampuan bayi mencerna makanan dalam jangka pendek dan berpotensi mempengaruhi kesehatan dalam jangka panjang.

Meski riset mikrobiom ini masih dalam tahap awal namun hasilnya menunjukkan potensi peran besar mikroba usus dalam obesitas, alergi, dan gangguan saluran pencernaan, demikian seperti dilansir laman Science Daily.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement