Jumat 09 Jan 2015 06:26 WIB

Obesitas Anak Terus Jadi Tren

Anak kegemukan/ilustrasi
Foto: Darmawan/Republika
Anak kegemukan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini, tren obesitas di dunia cenderung meningkat di negara-negara Uni Eropa, Cina, Inggris, Amerika Serikat, termasuk juga di Indonesia. Prof W Philip T James MD, PhD, profesor nutrisi di London School of Hygene, yang juga menjadi Ketua International Association for The Study of Obesity dan anggota dewan penasihat nutrisi PBB (FAO dan WHO) mengatakan tren kelebihan nutrisi sedang menjadi perhatian dunia.

“Tren kelebihan nutrisi, baik kelebihan berat badan maupun obesitas pada anak, sedang menjadi perhatian di dunia internasional,” katanya, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Memang, Indonesia memiliki dua masalah sehubungan dengan masalah gizi anak-anak, yaitu malnutrisi dan obesitas. Masalah obesitas pada usia dini membawa masalah serius karena menjadi salah satu penyebab risiko kematian dini dan penyakit seperti jantung dan masalah lainnya di kemudian hari.

Menurut Philip, masalah ini pada awalnya dianggap hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi. Namun sekarang menjadi isu di negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan.

Data tahun 2010 WHO menyebutkan sekitar 43 juta anak di bawah umur lima tahun mengalami obesitas. Hampir 35 di antaranya tinggal di negara berkembang, dan sisanya di negara maju.

Masalah yang tengah menjadi tren ini diharapkan mampu ditangani oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan, masyarakat, dan tentunya produsen industri makanan. Philip mengatakan bahwa politik makanan di dunia memberikan kontribusi penting terhadap tren obesitas pada anak. Makanan produk industri makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak mengandung banyak nutrisi, namun bisa menjadi semacam ketagihan.

“Tentunya ini disebabkan antara lain promosi makanan pada anak-anak, harga yang kompetitif, dan kemudahan mendapatkannya, termasuk layanan pesan-antar,” jelasnya. Komsumsi makanan yang banyak, tidak disertai dengan olahraga hanya akan menumpuk banyak gejala penyakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement