REPUBLIKA.CO.ID, Saat ikut bertamu ke rumah keluarga ataupun kerabat, tingkah anak kecil ter kadang tak dapat ditebak. Ia bisa saja membuat pipi ayah dan bunda memerah menahan malu dengan membuka stoples di atas meja sebelum dipersilakan atau berlarian menjelajah isi rumah.
Polah seperti itu belum tentu termasuk tidak sopan. Sopan atau tidaknya akan menjadi relatif, apalagi kalau usia anak masih balita. “Di usia balita anak memiliki sifat egosentris, yakni berpikir dari sudut pandangnya sendiri,” jelas psikolog Ine Indriani MPsi.
Pada masa balita, anak berada di fase mengenal aturan dan sopan santun. Anak cenderung masih belajar mengendalikan diri. Ketika ia membuka stoples kue, mungkin saja dia lapar atau tertarik mencicipi kue di dalam stoples. Saat ia berlarian menjelajah isi ruang demi ruang, kemungkinan dia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. “Alhasil, ketika berada di tempat baru dia langsung tertarik untuk menelusuri setiap sudutnya,” kata Ine.
Selain terkait usia, ada beberapa kemungkinan lain yang membuat anak melakukan hal tersebut. Perilaku anak yang langsung membuka stoples atau menjelajahi isi rumah bisa pula karena dia ingin menarik perhatian orang dewasa. Polah yang demikian saat bertamu dipengaruhi dari pola asuh orang tua. Hal tersebut bisa terjadi karena orang tua memang belum atau tidak mengajarkan caranya bertamu. Orang tua si kecil kemungkinan cenderung lebih permisif. Padahal peran orang tua dalam membimbing anak sangat penting.
Perilaku yang wajar saat usia balita itu akan menjadi tak wajar ketika anak sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika anak sudah melewati masa balitanya namun belum bisa berlaku sopan saat bertamu, ada faktor internal dan eksternal yang memengaruhinya. Gangguan sensori motorik menjadi faktor internalnya. Fungsi sensori motorik yang kurang baik membuat anak sulit menahan diri saat penasaran atau menginginkan sesuatu. Bisa pula si anak memiliki kepribadian intovert. “Faktor eksternalnya kemungkinan orang tua tidak membiasakan atau mencontohkan anak untuk sopan santun saat bertamu,” urai Ine.
Apabila anak memang memiliki kepribadian pemalu atau introvert, orang tua harus membimbingnya secara perlahan dan bertahap. Ayah dan ibu mesti membiasakan anak meminta izin terlebih dahulu.
Misalnya, dengan mengatakan permisi atau minta tolong. Tak lupa mengucapkan terima kasih sesudahnya. "Orang tua harus mencontohkan, bukan sekedar berkata-kata," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.