Senin 31 Mar 2014 04:37 WIB
Kunjungan ke Australia

Serunya Menonton AFL di Australia

Suasana di dalam Stadion ANZ, Sydney, pada laga Australian Football League (AFL) antara Sydney Swans melawan Collingwood, Sabtu (29/3) malam.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Suasana di dalam Stadion ANZ, Sydney, pada laga Australian Football League (AFL) antara Sydney Swans melawan Collingwood, Sabtu (29/3) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Sabtu (29/3) petang. Mayoritas orang di Sydney, Australia, libur dari pekerjaannya. Meskipun demikian jalanan tak terlihat lengang. Justru sebaliknya, di kawasan Sydney Olympic Park, sebelah barat Sydney Central Business District, terjadi kemacetan panjang.

Taksi yang kami tumpangi terpaksa berhenti sekitar 100 meter di depan kawasan ANZ Stadium (stadion yang oleh warga setempat masih sering disebut Olympic Stadium karena pertama kali digunakan saat Australia menggelar Olimpiade Sydney tahun 2000 silam). Polisi sudah menutup jalan untuk tiap kendaraan demi memberikan keleluasaan untuk para pejalan kaki.

Dari kejauhan, tampak orang-orang dengan atribut merah-merah, mirip atribut klub sepak bola Inggris, Liverpool, berduyun-duyun datang ke stadion tersebut. Malam itu akan dilangsungkan sebuah pertandingan Australian Football League (AFL) antara tuan rumah Sydney Swans melawan Collingwood.

AFL adalah kompetisi profesional level tertinggi untuk Australian Rules, salah satu olahraga paling populer di Australia selain sepak bola (soccer) dan rugby. Sekilas, olahraga ini mirip rugby jika melihat pakaian ketat para pemainnya serta bolanya yang berbentuk diamond. Akan tetapi aturan bermain Australian Rules berbeda dari rugby.

Dalam game yang dimainkan masing-masing tim 18 pemain ini, skor diperoleh sebuah tim jika salah seorang pemainnya memasukkan bola ke gawang lawannya (goal post) yang terdiri dari empat tiang. Jika bola masuk di antara dua tengah di tengah, maka diperoleh nilai 6. Akan tetapi jika bola hanya membentur tiang atau masuk di tengah tiang-tiang yang lain maka sebuah tim hanya memperoleh 1 angka.

Berbeda dengan rugby, untuk mencetak skor para pemain tidak perlu membawa bola sampai titik nol wilayah lawan. Dalam peraturan Australian Rules, bola cukup ditendang dari jarak 15 meter atau lebih. Jika kurang dari itu, maka tidak dianggap gol.

Persamaannya dengan rugby, para pemain terkadang diperbolehkan menubruk, mendorong, dan menyikut lawannya untuk merebut bola 'liar' di tengah lapangan. Benturan-benturan keras untuk memperebutkan bola itu membuat pertandingan Australian Rules sangat menarik untuk ditonton.

Sinead Maguire (22 tahun) adalah salah satu penggemar fanatik permainan ini. Awal musim ini, ia rela menghabiskan uang sebesar 350 dolar Australia (sekitar Rp 3,6 juta) untuk membeli tiket musiman Sydney Swans. Artinya, ia akan selalu memiliki akses masuk tiap Sydney Swans melakoni laga kandang. "Saya sudah sejak kecil menyukai pertandingan ini. Sejak usia 10 tahun," ujar wanita blasteran Indonesia-Australia itu.

Ia bercerita awalnya kecintaannya pada AFL dikarenakan sang ayah bekerja di Melbourne. Saat itu, tiap hari ayahnya selalu bergaul dengan para suporter fanatik tim di kota itu tiap berada di tempat kerja. "Gara-gara ayah saya sering mengajak saya nonton ke stadion saya jadi suka permainan ini," kata Sinead yang malam itu tampak beratribut lengkap, mulai dari topi hingga syal berlambang Sydney Swans.

Meskipun kemajuan sepak bola (soccer) di Australia lumayan pesat, akan tetapi menurut Sinead setiap stadion yang menggelar laga AFL selalu dipenuhi penonton. Malam itu, terdapat sekitar 32 ribu penonton yang memadati Stadion ANZ.

"AFL adalah olahraga paling populer di Australia. Rata-rata tiap pertandingan dipadati 20-35 ribu penonton. Olahraga ini sangat digilai di sini," tutur wanita berambut pirang itu.

Malam itu, tim kesayangan Sinead, Sydney Swans menjamu tim asal suburb Melbourne, Collingwood. Wanita yang pernah tinggal di Jakarta itu tampak yakin Swans akan menang malam itu. "Musim lalu kami menang dengan selisih lebih dari 30 poin di sini. Jadi mengapa tidak kami menang lagi?" tutur Sinead yakin.

Namun malam itu Collingwood bermain ngotot di depan puluhan ribu suporter kesayangan Sydney. Tim tamu berhasil unggul cepat meskipun kemudian berbalik tertinggal jauh di quarter pertama. Para suporter The Magpies, julukan Collingwood, juga tak kalah ngototnya dalam mendukung tim kesayangannya meskipun mereka berada dalam 'kepungan' suporter tuan rumah.

Tiap kali pemain Collingwood memasukkan bola mereka berteriak-teriak girang. Sedangkan saat pemain Sydney berusaha memasukkan bola mereka tampak berusaha memecahkan konsentrasi dengan mengibar-ngibarkan bendera berwarna hitam-putih di belakang goal post. "Suporter mereka sangat fanatik. Tak ada yang menyukai mereka. Collingwood adalah tim paling dibenci di Australia," kata Sinead

Menjelang berakhirnya quarter ketiga, para pemain Sydney tampak kelelahan. Absennya pemain andalannya, Adam Goodes, membuat mereka harus bertumpu pada sang penyerang, Lance 'Buddy' Franklin yang malam itu terlihat kurang tampil optimal. Swans pun akhirnya kalah dengan skor cukup telak, 68-88.

Sinead tampak tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Wajahnya sedikit lesu usai bel tanda berakhirnya laga yang terdiri dari empat quarter itu. "Mungkin Collingwood terlalu cepat untuk Sydney malam ini," ujarnya.

Sementara itu wajah salah seorang suporter Collingwood, Will (23 tahun) tampak sumringah. Sambil menenggak bir dalam botol kecil yang berada di genggamannya sepanjang pertandingan, ia dengan percaya diri menyanyikan yel-yel Collingwood meskipun ia berada di antara para suporter tuan rumah. "Kami sedikit beruntung malam ini. Sydney tidak berada pada performa terbaiknya,"  katanya.

Meskipun demikian, tidak ada keributan usai pertandingan. Semua orang dengan tertib meninggalkan stadion. Bahkan, seorang suporter Collingwood tampak nyaman berjalan mengenakan atribut timnya di antara para puluhan fans Sydney di halaman ANZ Stadium.

Malam itu, saya jadi teringat pertandingan-pertandingan liga sepak bola di Indonesia. Mungkin jika antar suporter dua tim yang berlaga, meskipun merupakan rival sejati, bisa menghargai satu sama lain seperti yang terlihat di Sydney malam itu, barangkali saya bisa lebih sering mendukung tim-tim lokal di tiap kota yang saya tinggali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement