Senin 30 Jul 2012 16:07 WIB

Anak Ikuti Tes IQ, Perlukah?

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Anak lakukan tes IQ/ilustrasi
Foto: ehow.com
Anak lakukan tes IQ/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, `'Setiap bayi dilahirkan sebagai jenius. Ia akan menampakkan kepintarannya asalkan diberi kesempatan untuk memperoleh nutrisi yang baik, stimulasi yang tepat, dan kesempatan yang seluas-luasnya,'' demikian kesimpulan riset Glenn Doman, psikolog kondang itu.

Jika tak percaya, coba cermati lagi polah balita Anda. Dalam kesehariannya, tentu ada saja kepintarannya yang membuat Anda terkagum-kagum. Seperti misalnya, spontanitas si kecil menunjuk dan menyebutkan dengan tepat papan nama restoran siap saji yang biasa dikunjunginya. `'Ini adalah salah satu pertanda kecerdasan,'' ungkap Irene F Mongkar yang mendalami metode pengajaran Glenn Doman.

Menyitir buku Frames of Mind yang ditulis Dr Howard Gardner, psikolog dari Harvard University, Amerika Serikat, Irene mengatakan indikator kecerdasan bukan cuma satu. Indikatornya banyak karena manusia belajar dan menunjukkan kecerdasannya dalam berbagai cara. `'Berdasarkan teori Kecerdasan Majemuk, seseorang mungkin saja ia matematis, bahasa, spasial, interpersonal dan intrapersonal, alam musikal, dan kinestetik,'' tutur Irene yang kerap menjadi pembicara Mengajar Bayi Membaca dan Matematika.

Anak cerdas punya polah yang khas. Ia akan tampil penuh rasa ingin tahu, senang meniru, banyak mencoba, senang mengamati, dan senang melakukan berbagai penelitian. `'Orangtua dan guru berperan dalam upaya pengembangan kecerdasan alamiah yang telah anak-anak miliki,'' komentar Seto Mulyadi.

Sementara itu, dari pengalaman praktiknya, psikolog Roslina Verauli melihat masih banyak orangtua yang salah memahami makna kecerdasan. Mereka mengira tingkat inteligensia anak hanya sebatas gambaran hasil tes IQ (Intelligent Quotient). `'Padahal, tes IQ baik dengan tes Stanford-Binet dan Wechsler hanya memperlihatkan potensi akademiknya saja,'' jelasnya dalam Smart Parents Conference yang digelar Frisian Flag beberapa waktu lalu.

Sesungguhnya, tanpa tes IQ sekalipun, orangtua dapat meraba sendiri level kecerdasan anak. Bahkan, kecerdasan bisa dideteksi sejak dini. `'Bayi yang cerdas akan memiliki kemampuan motorik dan berbahasa yang melebihi bayi seusianya,'' ucap Vera, panggilan akrab Roslina.

Sementara itu, pada usia balita dan anak, kemampuan tersebut sudah lebih berkembang. Ada serangkaian pertanda yang mudah untuk ditangkap mata orangtua. `'Kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kemampuan personal, dan sosialnyalah yang dipantau sebagai bagian dari kecerdasan anak,'' urai Vera yang praktik di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Seberapa cerdaskah balita Anda? Untuk mendeteksi tingkat kecerdasannya, pahami terlebih dulu perkembangan yang normal pada bayi dan balita. `'Bila anak mampu menunjukkan kemampuan yang melebihi anak seusianya, dapat dikatakan ia memiliki kapasitas belajar yang baik alias cerdas,'' papar Vera.

Setelah mengetahuinya, orangtua dapat memberikan rangsangan yang tepat. Namun, anak hanya dapat memberikan respons jika kebutuhan dasarnya terpenuhi. ''Potensi kecerdasan akan terpendam jika tidak dijadikan kemampuan melalui serangkaian stimulasi dan tidak akan menjadi prestasi tanpa latihan dan disiplin yang mantap,'' kata Vera.

Bagaimana jika anak menunjukkan keterlambatan? Vera mengimbau orangtua lebih waspada dalam memahami setiap respons yang ditampilkan anak. `'Cari tahu penyebab keterlambatan, apakah sebatas karena perbedaan milestone, kurang stimulasi, atau ada faktor ain yang menghambat seperti adanya gangguan perkembangan,'' tandas Vera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement