REPUBLIKA.CO.ID, Semoga menjadi keluarga sakinah. Doa itu senantiasa diberikan untuk pasangan yang baru menikah. Tentu saja, tiap pasangan suami istri mengidamkan keluarga sakinah untuk masa depannya. Namun, boleh dibilang tak mudah mewujudkan itu.
Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman, mengungkapkan, untuk membangun keluarga yang Islami, komitmen pertamanya adalah membangun keluarga dengan niat hanya beribadah kepada Allah.
Sehingga segala sesuatu yang dilakukan dalam keluarga tersebut niatnya ibadah dan untuk kebaikan. Misalnya, suami yang penghasilannya biasa secukupnya, tiba-tiba membawa uang dalam jumlah banyak, maka istri tidak boleh diam saja, dia harus bertanya dari mana uang tambahan tersebut, halal atau tidak?” ujar Elly.
Ia mengingatkan agar para ibu untuk tak langsung membelanjakan uang yang diperoleh suaminya tanpa tahu asal-usulnya. Menurut Elly, hal itu perlu dilakukan agar tidak ada makanan haram yang masuk ke dalam tubuh keluarganya. Sebab, kata dia, keluarga Islami selalu menjaga anggota keluarganya dari api neraka.
Rasulullah SAW, papar Elly, sudah banyak memberikan contoh dalam membangun keluarga Islami. Nabi SAW, lanjut dia, selalu membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, Rasulullah pernah bersabda, Sebaik-baiknya laki-laki adalah laki-laki yang paling baik terhadap keluarganya.”
Sayangnya, kata Elly, pada era modern ini banyak laki-laki yang lebih baik terhadap kantornya daripada kepada keluarganya. Hal itu, ungkap dia, bisa terlihat dari banyaknya ayah yang lebih mementingkan rapat di kantornya daripada mendengarkan curhat anak-anaknya.
Bahkan, ketika si ayah telat rapat, anak-anak sering kena marah, kena bentak, bahkan kena cubit. Mereka berpikir bahwa materi adalah segalanya. Padahal, materi saja tidak cukup bagi anak-anak. Mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang,” papar Elly.
Untuk membangun keluarga Islami, ujar Elly, memang banyak tantangannya. Salah satunya, kata dia, keinginan untuk hidup mewah seperti sering makan-makan di mal untuk menunjukkan prestise. Saat ini, lanjut dia, banyak orang yang lebih mementingkan kehidupan materialisme.
Akibatnya, banyak orang tua yang tidak taat kepada ajaran agama, malah orang tua lebih taat kepada kantornya. Guna mengatasi berbagai tantangan tersebut, Elly mengajak para orang tua serta guru untuk menyadari bahwa pendidikan agama itu penting.
Anak-anak jangan hanya dijejali dengan sains melulu, tetapi pengetahuan agamanya kurang. Sebab, hidup itu tidak hanya di dunia. Jadi, ilmu agama itu sangat penting, baik sebagai petunjuk hidup di dunia maupun sebagai bekal di akhirat nanti.”