Rabu 08 Feb 2012 16:59 WIB

Membesarkan Anak ala Ibnu Sina

Rep: nina chaerani ibrahim / Red: M Irwan Ariefyanto
Ibnu Sina
Foto: blogspot
Ibnu Sina

REPUBLIKA.CO.ID,Meski terpisah seribu tahun lebih dari kita, Ibnu Sina mengembangkan metode pendidikan anak yang masih relevan dengan masa kini.

Musik dan pendidikan anak? Ibnu Sina sudah hampir seribu tahun lalu melihat pentingnya bagi pertumbuhan anak. Ia melihatnya tak sekadar sebagai hiburan, tetapi berpengaruh pada perilaku halus anak kelak.

Jangan heran mendengar pendapat itu. Orang selalu membicarakan Ibnu Sina berkaitan dengan ilmu kedokteran. Tetapi, sesungguhnya, ilmuwan Muslim kelahiran Bukhara pada 980 M ini punya kepedulian pada pengasuhan anak. Seperti pengasuhan modern, tokoh yang dijuluki 'pangeran pada dokter' ini tak menekankan pada kecerdasan intelektual semata.

Baginya, kesehatan moral, fisik, dan perilaku sama pentingnya bagi anak. Sebagai prinsip dasar, filsuf yang hidup di zaman dinasti Abbasiyah ini berpendapat, kekuatan mental menjadi motivator tubuh, perilaku manusia. Dalam pandangannya, moral yang menjadi bagian dari perilaku manusia itu diperoleh dari proses 'pembiasaan', 'imitasi', 'rasa takut' atau 'kebijaksanaan'. Itulah sebabnya, seperti para ahli pengasuhan modern, ia berpendapat keterampilan sosial di mana anak harus belajar bermain dalam kelompok dan juga proses belajar pun sebaiknya demikian.

Tahap pendidikan anak

Ibnu Sina memperhatikan perkembangan anak sejak kelahirannya. Secara garis besar, tokoh yang sejak usia 18 tahun sudah berpraktik sebagai dokter ini membagi anak dalam empat tahap. Pertama, tahap bayi, mulai lahir sampai berumur dua tahun. Kedua, usia 3-5 tahun. Ketiga, usia 6-14 tahun, dan keempat usia 14 tahun ke atas.Dalam Al Qanun, Ibnu Sina melihat tiga hal yang penting dalam perkembangan anak, yakni pendidikan moral, pengembangan fisik, dan citarasa serta perilakunya.

Untuk pendidikan moral, menurut dia, penting menjauhkan anak dari pengaruh buruk yang akan memengaruhi jiwa dan moralnya. Sementara pengembangan kesehatan fisik anak dilakukan dengan memberi kesempatan anak untuk bermain dan berolahraga. ''Ketika anak bangun dari tidur, yang terbaik untuknya adalah dimandikan, lalu biarkan dia bermain selama satu jam, lalu berikan sedikit makanan ... anak tak diizinkan minum langsung sesudah makan ...,'' katanya seperti dikutip dari Prospects: The Quarterly Review of Comparative Education ini.

Ia melihat anak usia 3-5 tahun sedang banyak-banyaknya membutuhkan kegiatan fisik ini. Permainan membentuk sebuah unsur penting dalam kehidupan anak pada tahap ini, di mana ia memerlukan beragam keterampilan fisik dan motorik. Anak juga belajar cara hidup dalam kelompok dan mengambil keuntungan di dalamnya.Pada bagian lain, Ibnu Sina berpendapat, cita rasa anak  dipupuk sejak bayi. Sebagai ahli musik, ia menganggap penting bagi anak untuk mendengarkan musik sejak dalam ayunan hingga tidurnya. Begitu juga puisi sederhana dengan rima sederhana. Semua ini tak hanya menghibur anak, tetapi sekaligus mendorongnya untuk menghargai kebajikan.

Menurut Ibnu Sina, begitu memasuki usia 6 tahun, anak mulai beralih dari permainan bersifat fisik kepada pelajaran yang terorganisasi. ''Sampai (anak) berumur 14 tahun, mereka harus secara bertahap mengurangi kegiatan fisiknya,'' katanya.Saat belajar terstruktur itu, ia menyarankan anak belajar bersama anak-anak lain. Dengan begitu, menurut dia, anak akan saling belajar di antara mereka. ''Bila seorang anak berduaan saja dengan gurunya, akan kurang memuaskan bagi mereka berdua, jika pendidik bergerak dari satu murid ke murid lain, risiko kebosanan berkurang, kecepatan aktivitas bertambah dan anak menjadi lebih bersemangat belajar dan berhasil.''

Begitu anak melewati usia 14 tahun, Ibnu Sina melihat pentingnya belajar yang terspesialisasi. Dalam spesialisasi ini, anak sudah mengarah pada pendidikan yang menuju pekerjaannya atau pilihan profesinya di masa mendatang. Tentu saja, katanya, spesialisasi itu sesuai dengan kecenderungan dan minat anak. Arah spesialisasi itu, katanya, dapat diamati dari bukti langsung perilaku anak. Ibnu Sina mengakui sulitnya pengamatan ini. ''Pilihan ini dan ketepatannya tidaklah jelas. Dan, terlalu tipis untuk ditimbang atau diidentifikasi, jadi hanya Yang Mahakuasalah yang mengetahuinya,'' katanya.

Mengenal harmoni

Bagi anak-anak di bawah usia enam tahun, menurut Ibnu Sina, amat memerlukan permainan. Olahraga dan musik merupakan komponen terpenting pada tahap ini.Menurut dia, ada beragam jenis olah raga yang membutuhkan kekuatan fisik, bisa juga ringan, lambat, bisa cepat, memadukan kekuatan dan kecepatan. Yang penting dari olahraga, katanya, bisa membuat anak menjadi rileks. Masing-masing jenis olah raga ini mempunyai tempatnya sendiri dan ada manfaatnya dalam kehidupan anak-anak.

Begitu pula musik. Pada usia di bawah enam tahun, Ibnu Sina berpendapat, anak penting belajar untuk merasakan harmoni dan musik yang sumbang, suara tinggi dan rendah, dan bagaimana semua itu bisa terjadi.

Untuk tahap primer usia 6-14 tahun, menurut Ibnu Sina, sampai pada pelajaran Alquran, belajar membaca dan menulis, mempelajari garis besar agama, dan belajar beberapa puisi Arab. Tapi, pakar ini juga tidak mengesampingkan kebutuhan fisik anak untuk bermain dan berolahraga. ''Bila sendi-sendi anak menguat, lidahnya fasih, dan ia siap untuk instruksi, pendengarannya penuh perhatian, ia mulai belajar Alquran, dan dipertunjukkan huruf alfabet dan diajarkan garis besar agama,'' katanya.

Anak, menurut dia, diajarkan untuk membawakan syair dan ayat yang puitis, karena lebih mudah diingat. Syair-syair itu menjelaskan perilaku baik dan berisi pelajaran, mencela kemalasan dan kebodohan, mendorong rasa hormat kepada orang tua, perilaku yang bisa diterima, keramahan terahdap tamu, dan standar modal yang tinggi. Ini artinya, puisi yang menurut Ibnu Sina diperkenalkan pada anak-anak usia ini adalah sastra dengan sebuah pesan pendidikan moral. Sebab, di sanalah, menurut dia, sumber kebahagiaan manusia.

Begitu anak lewat usia 14 tahun, kata Ibnu Sina, saatnya ia diarahkan untuk penjurusan pada prospek pekerjaannya di masa mendatang. Pendidikan ini bersifat terbuka, berlangsung seumur hidup. ''Begitu ia selesai belajar Alquran dan memahami  bahasa, saat itu ia harus melihat pekerjaan yang cocok untuknya, dan ia harus diarahkan ke jalur ini.''

Saat itu, katanya, saat anak memilih: apakah ia ingin jalur teoretis atau teknis dan praktis dalam jalan hidupnya. Jadi ilmuwan atau jadi praktisi.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement