REPUBLIKA.CO.ID, Kemanjaan mata melihat perpaduan bangunan tua dan kerlap-kerlip warna-warni cahaya lampu di Vienna, Austria, terusik oleh satu tulisan besar di sebuah tembok gedung. Tulisan dengan hurup kapital memakai cat warna hitam berbunyi: Tourists Are Terrorists!
Bagi para turis yang ingin menikmati suasana jantung kota Wina jika melewati jalan ini akan menemukan tulisan itu. Seorang rekan mahasiswa yang kebetulan bertemu di Wina bercerita rasisme masih menjadi masalah serius di Austria.
Kelompok minoritas anti-imigran dan pendatang ini terus berkampanye menolak orang asing masuk Austria. Bahkan, mereka sering mengganggu para turis yang datang. Tidak hanya turis Asia, tetapi juga dari benua lain.
Anggota kelompok anti-pendatang ini kebanyakan anak-anak muda, yang sekarang ini tidak lagi berpenampilan urakan. Mereka rapi dan bersih. Di beberapa kota di Inggris, aktivitas rasisme cukup tinggi. Anak-anak muda dan remaja yang kebanyakan terlibat dalam aksi antipendatang ini.
Di London, beberapa kasus penyerangan terhadap turis kerap terjadi. Begitu juga di kota-kota lain seperti di Manchester, Liverpool, dan Newcastle. Biasanya anak-anak remaja ini bergerombol, dua orang lebih, dan mengenakan jaket dan celana training. Mereka mengintimidasi orang-orang asing, termasuk turis, di tempat-tempat tertentu.
Jalan sepi dan taman-taman kota yang tidak terlalu ramai menjadi tempat mereka beraksi. Di Manchester pernah terjadi intimidasi turis oleh remaja-remaja ini di sudut jalan sepi di pusat kota.
Di Newcastle, di taman kota, pernah sekelompok turis dari Timur Tengah diintimidasi oleh sejumlah remaja lokal yang membawa anjing. Anjing-anjing itu dibiarkan mendekati para turis itu secara disengaja.
Keributan pun sempat terjadi. Tapi bisa diselesaikan dengan baik tanpa ada kekerasan. Para remaja itu dikomplain oleh sejumlah warga Inggris lain atas ketidaksopanan mereka terhadap orang-orang Timur Tengah itu.
Begitu juga di beberapa kota di Jerman seperti Frankfurt. Aksi-aksi rasialisme kerap terjadi terhadap turis yang datang.
Di Jerman kebanyakan dilakukan anak-anak underground yang secara terang-terangan menyatakan kebencian terhadap orang asing.
Mereka seringkali berani melakukan penyerangan meski turis-turis itu berada di tengah keramaian. Ada sejumlah kasus para turis diserang di tengah keramaian, meski tidak ada aksi pengambilan barang atau pencurian.
Di Paris, kasus pelecehan terhadap turis-turis wanita berjilbab kerap terjadi. Begitu juga intimidasi atas turis-turis Asia lainnya, termasuk dari Cina. Bahkan kota turis seperti Basel, Swiss, pun tidak bebas dari tindakan anti-imigran dan rasisme.
Tak heran jika di banyak negara di Eropa berdiri lembaga-lembaga anti-rasis. Di banyak tempat strategis ada maklumat tentang pentingnya pengaduan terhadap tindakan-tindakan rasialis.Rasisme memang tidak mengenal tempat dan waktu. Di lapangan sepak bola pun kita sering mendapat cerita aksi rasisme yang tidak patut terjadi. Kampanye sudah dilakukan, sanksi sudah diberikan, tetapi tindakan itu tetap terjadi.
Kita pun harus waspada dan berhati-hati.