REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Jumlah anak-anak usia sekolah dasar (SD) yang tergolong hiperaktif di Indonesia ternyata cukup banyak. Bahkan menurut prikolog anak fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta MG Adiyanti, anak-anak usia SD yang tergolong hiperaktif jumlahnya mencapai 10 persen dari jumlah seluruh anak usia itu di Indonesia.
"Jumlah anak-anak yang masuk kategori ini memang semakin banyak. Tahun 2010 lalu mencapai 10 persen dari jumlah anak usia SD di Indonesia," terangnya saat menjadi pembicara seminar “Apakah Anak Saya Hiperaktif?” di fakultas Psikologi UGM, Sabtu (9/7) kemarin.
Menurutnya, anak hiperaktif adalah anak yang menunjukan ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku, sehingga aktivitas melebihi rata-rata anak pada umumnya. Perilaku hiperaktif ini dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain sebab kadangkala anak tidak bisa memperkirakan dampak akibat dari perilakunya.
“Anak yang hiperaktif tidak selalu identik dengan bodoh atau kurang pintar, namun karena dia tidak memusatkan perhatiannya dengan baik maka banyak orang beranggapan mereka kurang pintar," terangnya.
Karena kurang bisa memusatkan perhatian kata Adiyanti, anak-anak hiperaktif sering kali berisiko tinggi untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas-tugas yang terstruktur. Di sekolah, hal yang banyak ditemui adalah kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.