REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bagi penggemar Dilan, kisah cinta remaja di Bandung ini mungkin terasa seperti saga tanpa akhir. Namun, siapa sangka bahwa sang kreator, Pidi Baiq, ternyata tidak pernah berencana membuat kisah ini berlanjut setelah buku pertamanya.
Kisah bagaimana Dilan terus hidup dari buku ke buku, hingga akhirnya diperankan oleh vokalis band besar, Ariel Noah, adalah narasi yang unik, sebuah "kekalahan manis" Pidi Baiq terhadap tuntutan pembaca.
Pria yang akrab disapa Ayah Pidi ini mengakui niat awalnya sangat sederhana. “Novel Dilan itu dibuat karena memang saya hanya ingin membuat satu buku, yang satu itu,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta pada Rabu (5/11/2025).
Buku pertama, Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990, diakhiri dengan Dilan dan Milea “jadian”, sebuah akhir yang dianggap tuntas. Namun, resonansi karakter Dilan di media sosial, membuat Pidi Baiq tidak bisa berdiam diri. Setelah membaca akhir novel pertama, para penggemar mulai melayangkan tuntutan halus untuk meneruskan kisahnya.
Demi menuruti keinginan kawan-kawannya di media sosial, lahirlah buku kedua berjudul Dia adalah Dilanku Tahun 1991; yang justru berakhir dengan putusnya hubungan Dilan dan Milea. Reaksi pembaca? Ada yang kecewa, ada yang marah.
Karakter Dilan dihujani komentar buruk dan dianggap tidak bertanggung jawab. "Pokoknya banyak komentar buruklah untuk Dilan itu. Saya merasa tidak enak ya sama Dilan," ujar Pidi Baiq.
Rasa tidak enak inilah yang memaksa Dilan kembali hadir dalam buku ketiga, Milea: Suara dari Dilan, sebagai "jawaban" atas kemarahan publik, menjelaskan mengapa perpisahan itu harus terjadi.
Meskipun sudah memberikan jawaban, para pembaca tetap gagal move on. Rasa penasaran, "Dilan sama siapa setelah ini?" tak kunjung padam. Pidi Baiq, dengan santai, menganggap dirinya terlalu baik karena terus mengikuti permintaan penggemar. Namun, ia menyadari bahwa desakan itu adalah bagian dari komunitasnya. Maka, lahir kembali karakter baru, Anchika.
Pidi Baiq sempat berpikir, "Ah udahlah, Dilan, ya sudah," dan beralih ke novel lain. Namun, desakan untuk melihat Dilan beranjak dewasa, kuliah di ITB, dan menghadapi kehidupan pernikahan di usia muda, kembali muncul. Ide pernikahan dini Dilan pun ia jawab dengan filosofi khasnya, "Lebih baik nikah seolah-olah pacaran, daripada pacaran seolah-olah nikah”.
Dua novel baru Dilan yakni Dilan ITB 1997 dan Dilan Amsterdam segera dirilis. Pidi Baiq menyebut, kemungkinan akan diluncurkan ke pasaran pada November.
Seperti diberitakan sebelumnya, kedua novel itu akan dibuatkan film. Ketika kisah Dilan mencapai babak baru yang membutuhkan pemeran baru, proses pemilihan aktor kembali menjadi tantangan. Setelah sebelumnya sukses memilih Iqbaal Ramadhan, kali ini Pidi Baiq mencari sosok Dilan dewasa. Ia telah memilah banyak nama, namun ada satu nama yang terus muncul di benaknya secara berulang yaitu Ariel Noah.
"Yang di otakku selalu balik lagi ke Ariel, ke Ariel, ke Ariel," kata dia.
Setelah yakin dengan pilihannya, Pidi Baiq langsung menghubungi Ariel. "Saya setuju, sejuta persen. Dilan-nya adalah Ariel,” ujarnya.
View this post on Instagram