REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah musisi dunia seperti Clairo, Wolf Alice, dan AURORA bergabung dalam kampanye boikot musik di Israel bertajuk "No Music For Genocide". Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina dan protes atas genosida Israel di Gaza.
Kampanye "No Music For Genocide" mendorong para musisi dan pemilik hak cipta untuk menarik karya mereka dari platform streaming yang bisa diakses di Israel. Boikot ini dilakukan dengan cara mengubah wilayah distribusi rilisan atau mengajukan geo-blocking kepada distributor dan label.
Melalui kampanye ini, para musisi mengecam genosida Israel di Gaza. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 60 ribu warga sipil Palestina tewas akibat serangan Israel dan blokade ketat Israel juga menyebabkan kelaparan massal.
Pada Jumat lalu, Clairo, Lucy Dacus, Nao, Wolf Alice, Of Monsters and Men, Mallrat, dan AURORA mengumumkan keterlibatan mereka dalam kampanye tersebut. Mereka juga menyerukan kepada tiga label besar dunia yakni Sony, Universal Music Group (UMG), dan Warner Music untuk turut serta, mengingat ketiganya sempat menangguhkan operasional di Rusia setelah invasi ke Ukraina pada 2022.
AURORA diketahui telah mengecam perlakuan Israel terhadap aktivis Greta Thunberg. Aktivis asal Swedia itu disebut mengalami perlakuan buruk usai diculik di perairan internasional dan ditahan secara ilegal oleh otoritas Israel.
Sementara itu, Clairo sebelumnya mendapat pujian dari senator AS Bernie Sanders setelah menyuarakan dukungan terhadap Gaza dan hak-hak perempuan saat tampil di Coachella 2025. Wolf Alice juga telah menyampaikan solidaritas terhadap Palestina saat tampil di Glastonbury.
"Sebelum kami meninggalkan panggung, kami ingin menyatakan solidaritas kepada rakyat Palestina," kata sang vokalis, Ellie Rowsell, dilansir laman NME, Ahad (12/10/2025).
Selain Clairo dan AURORA, sejumlah nama lain juga tergabung dalam kampanye ini. Di antaranya adalah Hayley Williams (baik solo maupun bersama Paramore), Fontaines DC, Amyl & The Sniffers, Kneecap, Rina Sawayama, MIKE, Primal Scream, Faye Webster, Japanese Breakfast, Yaeji, King Krule, MJ Lenderman, Mannequin Pussy, Wednesday, Soccer Mommy, dan MO.
Grup Massive Attack bahkan meminta label mereka, Universal Music Group, untuk menarik seluruh katalog mereka dari Spotify dan semua layanan streaming di Israel. Langkah ini dipicu laporan mengenai CEO Spotify, Daniel Ek, yang disebut memiliki investasi besar di perusahaan teknologi militer yang memproduksi drone dan Al untuk pesawat tempur.
Sejumlah musisi lain seperti King Gizzard & The Lizard Wizard, Xiu Xiu, dan Deerhoof juga telah memboikot Spotify karena alasan yang sama. Dalam pernyataan resminya, "No Music For Genocide" menyatakan akan terus mendorong boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel sebagai bagian dari perjuangan menuju perdamaian yang berlandaskan keadilan. "Kami akan terus menuntut boikot dan sanksi terhadap apartheid Israel atas kejahatan di seluruh Palestina, hingga tercapai perdamaian yang berakar pada keadilan sejati," tulis mereka.
View this post on Instagram