REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Film horor terbaru garapan Baim Wong, Sukma, hadir dengan kisah penuh teror dan misteri. Setelah sukses dengan Lembayung pada 2024, Baim kembali menguji nyali penonton lewat kisah horor psikologis yang tak hanya mengandalkan teror dan suasana mencekam, tetapi juga menyelipkan isu sosial yang dekat dengan keseharian yaitu obsesi manusia terhadap kecantikan dan keabadian.
Kisah Sukma berpusat pada Arini, diperankan oleh Luna Maya, seorang ibu yang bersama keluarganya pindah ke sebuah kota kecil untuk memulai hidup baru. Namun, kedamaian yang diharapkan berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka menemukan sebuah cermin kuno di gudang rumah.
Cermin itu bukan sekadar benda mati, melainkan pintu ke misteri kelam yang menghantui mereka. Dari bayangan aneh hingga sosok perempuan tua misterius, teror yang lahir dari cermin itu perlahan-lahan mengganggu kenyamanan keluarga Arini.
Kehadiran sosok Bu Sri, diperankan Christine Hakim, semakin memperdalam ketegangan. Bu Sri bukan sekadar penjaga rumah, melainkan pemegang rahasia kelam cermin dan ritual ngalih raga yang digunakannya untuk mendapatkan kembali masa muda.
Lewat simbol cermin, Baim Wong menyuguhkan horor yang lebih filosofis. Cermin digambarkan sebagai refleksi ambisi manusia yakni ingin muda, ingin cantik, dan ingin abadi. Inilah yang membuat film Sukma terasa berbeda.
Terornya bukan hanya soal hantu yang muncul tiba-tiba, tetapi juga tekanan psikologis yang akrab kita temui dalam kehidupan nyata.
“Pendekatan kecantikan harus muda, sedangkan yang berumur sudah tidak dianggap cantik. Jadi kita terperangkap di stigma pikiran itu, padahal enggak ada yang salah karena kita memang akan menua, dan memang enggak ada yang abadi,” ujar Luna Maya dalam sebuah konferensi pers (8/9/2025).
Pandangan ini sejalan dengan gagasan besar film, bahwa horor tak melulu datang dari makhluk gaib, melainkan juga dari obsesi manusia terhadap kesempurnaan. Deretan pemain yang terlibat pun menjadi daya tarik tersendiri. Selain Luna Maya dan Christine Hakim, Sukma menghadirkan aktor-aktor papan atas seperti Fedi Nuril yang untuk pertama kalinya terjun ke genre horor, Oka Antara, Kimberly Ryder, Anna Jobling, Asri Welas, hingga Giovanni Tobing.
Kehadiran Christine Hakim juga memberi bobot tersendiri. Dengan pengalamannya, Christine dipercaya mampu menghadirkan karakter yang berlapis, keibuan namun menyimpan aura misterius.
Dari sisi produksi, Sukma ditulis bersama Ratih Kumala, penulis Gadis Kretek, sehingga unsur drama keluarga dan konflik emosional terasa lebih dalam. Visual horor yang ditawarkan pun tidak hanya berupa jumpscare instan, melainkan atmosfer yang membangun ketegangan perlahan.
Sukma menggabungkan kisah horor yang mencekam, isu sosial yang relevan, serta akting para bintang besar. Film ini menjanjikan pengalaman menonton yang lebih dari sekadar menakut-nakuti. Ia mengajak penonton bercermin pada diri sendiri: sejauh apa manusia rela mengorbankan moral demi kecantikan dan keabadian yang semu?
View this post on Instagram