Selasa 02 Sep 2025 13:09 WIB

1 dari 3 Balita Alami Anemia, Ahli Ingatkan Dampaknya pada Kecerdasan

Jangan sampai menunggu anak bergejala anemia.

Anak Indonesia kekurangan zat besi, salah satunya akibat asupan daging merah yang kurang dalam gizi hariannya.
Foto: dok Republika
Anak Indonesia kekurangan zat besi, salah satunya akibat asupan daging merah yang kurang dalam gizi hariannya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia 6-59 bulan mencapai 38,4 persen, artinya satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun kekurangan zat besi. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari lima negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.

Sayangnya kekurangan zat besi sering dianggap hal kecil. “Anemia defisiensi besi sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya bisa menentukan masa depan seorang anak," ujar Dokter Spesialis Anak, dr Devie Kristiani SpA, saat ditemui pekan lalu di acara 71 tahun Sarihusada.

Baca Juga

Devi mengatakan, zat besi tidak hanya membentuk hemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Tetapi juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter penting di otak yang memengaruhi konsentrasi, daya ingat, dan semangat belajar.

Anak yang berisiko kekurangan zat besi juga memiliki kemampuan psikomotor yang lebih rendah sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di sekolah. Oleh karena itu, pencegahan sejak dini mulai dari kehamilan, pola makan kaya zat besi dan vitamin C, hingga pemeriksaan berkala melalui deteksi dini dengan alat skrining dan monitoring asupan zat besi adalah investasi terbaik. Pola makan kaya zat besi di antaranya konsumsi hati ayam, daging merah, hingga ASI.

Penelitian pada anak umur 1-3 tahun di Jakarta juga menunjukkan bahwa konsumsi susu pertumbuhan berperan melengkapi nutrisi harian selain dari makanan dan memenuhi kebutuhan zat gizi penting anak, termasuk zat besi, zinc, kalsium, vitamin B12, vitamin C, dan vitamin E, dibandingkan susu cair biasa. "Pemenuhan nutrisi yang tepat dapat menjadi langkah efektif untuk mencegah anemia sekaligus mendukung tumbuh kembang optimal anak,” ujar Devie.

Selain itu, Devi menambahkan, orang tua yang anaknya sering sakit dianjurkan mengecek apakah anaknya kekurangan zat besi. Bagi orang tua dengan remaja putri juga perlu melakukan skrining anemia terkait masa haid. Pasalnya pola makan orang Indonesia masih kurang zat besi.

"Kebiasaan protein hewani daging merah masih jarang, hati ayam juga jarang, lebih sering ayam. Lalu setelah makan minumnya teh," sambungnya.

dr Devie mengatakan, jangan sampai menunggu anak bergejala anemia. Pastikan anak terpenuhi nutrisinya sejak dalam kandungan, terutama hingga 1.000 hari pertama kehidupan.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement