Rabu 23 Apr 2025 23:32 WIB

Mengenal Irritable Bowel Syndrome, Gangguan Pencernaan yang Dianggap Sepele

Penderita IBS sering mengalami peningkatan gejala saat menghadapi tekanan emosional

Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pencernaan yang sering kali dianggap sepele karena tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus.
Foto: Republika.co.id
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pencernaan yang sering kali dianggap sepele karena tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pencernaan yang sering kali dianggap sepele karena tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus. Namun, bagi penderitanya, IBS dapat menjadi kondisi yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

"Gangguan ini tidak bersifat menular atau berbahaya, tetapi dapat menurunkan kualitas hidup akibat ketidaknyamanan yang ditimbulkannya," ujar dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi, dr I Ketut Mariadi, lewat siaran pers Rabu (23/4/2025).

Dokter di RS Siloam Denpasar Bali itu menerangkan, IBS merupakan gangguan fungsional pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar. Kondisi ini menyebabkan perubahan pola buang air besar yang tidak teratur, disertai kram perut, kembung, diare, atau konstipasi.

"IBS bersifat kronis, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Meskipun demikian, IBS tidak menyebabkan kerusakan struktural pada usus seperti penyakit radang usus (IBD) atau penyakit celiac," jelas dia.

 

Meskipun IBS sering dianggap sebagai penyakit yang kurang serius, namun penanganan yang tepat sangat diperlukan agar gejalanya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

"IBS bukanlah penyakit yang mengancam nyawa, tetapi dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diagnosis yang benar dan edukasi pasien sangat penting," kata dia.

 

Ia menerangkan, gejala IBS bervariasi pada setiap individu, tetapi umumnya meliputi sakit atau kram perut yang mereda setelah buang air besar, perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, perut kembung, serta produksi gas berlebih.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu atau memperburuk gejala IBS. Pertama, faktor makanan. Makanan tertentu dapat menjadi pemicu utama IBS, terutama yang mengandung tinggi lemak, makanan pedas, produk susu bagi yang intoleran laktosa, serta makanan tinggi FODMAP.

Lalu faktor psikis. Sumbu otak-usus berperan penting dalam regulasi sistem pencernaan, sehingga stres dan kecemasan dapat menyebabkan kontraksi usus yang berlebihan atau memperlambat gerakan usus. Stres yang berkepanjangan juga dapat meningkatkan sensitivitas usus terhadap rasa sakit dan memperburuk respons sistem pencernaan terhadap makanan tertentu.

Oleh karena itu, penderita IBS sering mengalami peningkatan gejala saat menghadapi tekanan emosional atau kecemasan berlebihan. Meskipun tidak sepenuhnya bersifat genetik, penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan IBS dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini.

 

Makanan yang Harus Dihindari Penderita IBS

Penderita IBS perlu memperhatikan makanan yang mereka konsumsi agar gejalanya tidak semakin memburuk. Menurut Dr. dr. I Ketut Mariadi “Beberapa makanan tertentu dapat memicu gejala IBS, seperti makanan berlemak tinggi, pedas, berminyak, produk susu bagi yang intoleran laktosa, serta makanan tinggi FODMAP yang dapat menyebabkan fermentasi berlebihan di usus.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement