REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, keinginan untuk buang air besar (BAB) segera setelah makan adalah pengalaman yang cukup sering terjadi. Meskipun terkadang dianggap normal, ternyata ada penjelasan ilmiah di baliknya.
Menurut seorang dokter spesialis usus dan hati, dr Saurabh Sethi, fenomena ini dikenal sebagai refleks gastrokolik. "Ini terjadi karena sesuatu yang disebut refleks gastrokolik," ujar dr Sethi dilansir laman Best Life pada Kamis (26/6/2025).
Ia menambahkan, "Ketika makanan masuk ke perut Anda, ia memberi sinyal pada usus besar Anda untuk mulai bergerak, yang dapat membuat Anda merasa perlu buang air besar dengan cepat".
Penelitian yang diterbitkan oleh National Library of Medicine mendefinisikan refleks gastrokolik sebagai refleks fisiologis yang mengontrol motilitas saluran pencernaan bagian bawah setelah makan. Hasilnya, perut meregang dan pergerakan di usus besar meningkat. Dr Sethi juga mencatat bahwa pada individu dengan sindrom iritasi usus besar (IBS), refleks ini bisa menjadi lebih intens. Namun, ia menekankan bahwa ini adalah kejadian yang sangat umum, dan ada kebiasaan yang dapat diterapkan untuk membantu melancarkan kembali pergerakan usus Anda.
Untuk membantu mengatur kembali pola buang air besar Anda setelah makan, dr Sethi merekomendasikan beberapa tips praktis:
1. Makan dalam porsi lebih kecil dan lebih sering
Tips pertama dari dr Sethi adalah makan dalam porsi lebih kecil, namun lebih sering. Para ahli dari GoodRX menjelaskan bahwa makan dalam porsi kecil setiap tiga hingga empat jam adalah ideal untuk mengelola kadar gula darah, membantu pencernaan, dan menjaga energi. Strategi ini dapat membantu menghindari perut yang terlalu penuh sehingga sinyal refleks gastrokolik tidak terlalu kuat.
2. Perbanyak konsumsi serat larut
Kedua, dr Sethi menyarankan untuk menambahkan lebih banyak serat larut ke dalam makanan Anda. Mayo Clinic menjelaskan bahwa serat larut membentuk bahan seperti gel di perut yang memperlambat pencernaan. Selain mendukung kesehatan usus, serat larut juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan gula darah, serta mengurangi risiko kanker usus besar.
Makanan yang kaya serat larut meliputi oat, kacang polong, kacang-kacangan (misalnya buncis, lentil), apel, alpukat, buah jeruk, dan wortel.
Pisang juga merupakan sumber serat larut yang baik, meskipun dr Sethi secara khusus merekomendasikan pisang yang sedikit hijau daripada yang kuning untuk mendapatkan manfaat maksimal.
3. Hindari makanan pemicu gejala
Dr Sethi juga menyarankan untuk menghindari makanan yang mungkin memicu gejala Anda. Contoh umum termasuk makanan tinggi lemak, pedas, dan mengandung kafein.
Sebuah studi tahun 2022 menemukan adanya hubungan antara kadar kapsaisin (bahan utama dalam cabai pedas) yang tinggi dan gejala gastrointestinal yang tidak nyaman, termasuk heartburn dan diare. Sementara itu, kafein telah dikenal sebagai stimulan usus alami. Inilah alasan mengapa banyak orang sering merasa perlu BAB setelah minum secangkir kopi pada pagi hari. Membatasi atau menghindari konsumsi jenis makanan ini dapat membantu mengurangi intensitas refleks gastrokolik.
Jika Anda terus mengalami pergerakan usus yang tidak teratur atau merasakan nyeri saat buang air besar, sangat penting untuk berbicara dengan profesional medis. Mereka dapat membantu menentukan akar penyebab masalah dan mengidentifikasi adanya masalah kesehatan yang mendasarinya. Informasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, namun bukan pengganti nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda mengenai obat-obatan yang Anda konsumsi atau pertanyaan kesehatan lainnya.