REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tahukah kamu bahwa saat ini ada epidemi tersembunyi yang sedang melanda dunia? Sebuah studi baru menemukan hampir satu miliar orang berurusan dengan infeksi yang menyakitkan dan menimbulkan trauma sosial yang belum ada obatnya.
Temuan yang diungkap oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini mengungkap, sekitar 846 juta orang di seluruh dunia mengidap herpes genital. Yang mengejutkan, penderitanya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Angka ini menunjukkan betapa luasnya infeksi menular seksual tersebut, dan para peneliti menyerukan tindakan segera.
Herpes genital atau herpes kelamin adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV dapat menular melalui kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Infeksi HSV dapat menyebabkan rasa nyeri, gatal, dan luka pada daerah genital penderitanya.
Menurut WHO, hampir 42 juta kasus baru herpes genital tercatat setiap tahun, atau setara dengan satu infeksi setiap detik. Yang memprihatinkan, sebagian besar penderitanya tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi karena gejala ringan atau bahkan tidak muncul sama sekali. Hal ini membuat virus tersebut menjadi masalah kesehatan “senyap” yang sering luput terdeteksi dan ditangani.
“Stigma seputar herpes genital membuatnya jarang dibicarakan, meskipun memengaruhi jutaan orang secara global. Belum banyak yang dilakukan untuk mengatasi infeksi ini,” kata dr Sami Gottlieb, seorang petugas medis di WHO, seperti dilansir Study Finds, Jumat (13/12/2024).
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sexually Transmitted Infections ini mengidentifikasi dua jenis virus herpes yang berbeda: HSV-1 dan HSV-2. Sementara HSV-2 terutama ditularkan melalui kontak seksual dan menyumbang 90 persen dari episode gejala, HSV-1 secara tradisional menyebar melalui kontak oral dan menyebabkan luka di sekitar mulut.
Bagi sebagian orang, penyakit yang disebabkan virus herpes simpleks (HSV) ini bukan hanya sekadar statistik - virus ini dapat menyebabkan luka genital yang menyakitkan dan tantangan kesehatan yang berulang. Pada tahun 2020, lebih dari 200 juta orang mengalami setidaknya satu episode gejala, menyoroti dampak nyata pada manusia dibalik angka-angka ini.
Herpes genital secara signifikan meningkatkan risiko penularan HIV, menciptakan tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks. Infeksi ini juga menimbulkan risiko yang jarang terjadi namun serius, seperti herpes neonatal, yang dapat terjadi ketika seorang ibu tertular virus pada masa akhir kehamilan.
Beban ekonomi yang ditimbulkan dari herpes genital tidak kalah besar. Diperkirakan ada 35 miliar dolar AS yang dihabiskan setiap tahun di seluruh dunia untuk perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas. Terlepas dari dampak-dampak ini, saat ini tidak ada obatnya - hanya ada pengobatan untuk mengatasi gejala-gejalanya.
Para peneliti WHO menekankan kebutuhan mendesak akan strategi pencegahan baru. Meskipun kondom dapat mengurangi risiko penularan dan menghindari kontak seksual selama wabah aktif tetap dianjurkan, organisasi ini mendorong solusi yang lebih komprehensif seperti vaksin dan terapi yang ditargetkan.
“Pilihan pencegahan dan pengobatan yang lebih baik sangat dibutuhkan untuk mengurangi penularan herpes dan juga akan berkontribusi dalam mengurangi penularan HIV,” kata dr Meg Doherty dari WHO.