REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang tidur lebih lama pada akhir pekan memiliki kemungkinan 20 persen lebih rendah untuk terkena penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak melakukannya.
Penelitian besar yang dipresentasikan pada pertemuan European Society of Cardiology ini menunjukkan bahwa tidur tambahan di akhir pekan dapat membantu mengurangi risiko penyakit akibat kurang tidur selama hari kerja.
“Tidur yang cukup berhubungan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah. Hubungan ini menjadi lebih jelas di antara individu yang secara teratur mengalami kurang tidur pada hari kerja,” kata Yanjun Song, penulis studi dari Pusat Nasional Penyakit Kardiovaskular dan RS Fuwai di Beijing seperti dikutip dari Euronews.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), orang dewasa yang tidur kurang dari tujuh jam setiap malam lebih mungkin mengalami masalah kesehatan yang berdampak pada jantung mereka, meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.
Penelitian ini menggunakan data dari hampir 91 ribu orang dalam proyek UK Biobank -sebuah basis data besar yang berisi informasi kesehatan dari setengah juta orang di Inggris- untuk menilai apakah mengejar ketertinggalan tidur selama akhir pekan mempengaruhi risiko penyakit jantung.
Para peneliti menganggap mereka yang melaporkan tidur kurang dari tujuh jam per malam sebagai kurang tidur. Sebanyak 19.816 peserta atau sekitar 22 persen dari total peserta termasuk pada kriteria tersebut.
Para peneliti kemudian memeriksa catatan medis peserta selama hampir 14 tahun untuk menentukan siapa yang mengalami masalah jantung seperti penyakit jantung, gagal jantung, detak jantung tidak teratur, dan stroke.
Dibagi menjadi empat kelompok..