Ahad 19 Aug 2018 22:01 WIB

Sehatkah Membayar Utang Tidur di Akhir Pekan?

Hilangnya waktu tidur dapat berakumulasi hingga mengganggu kesehatan.

Rep: MGROL 106/ Red: Indira Rezkisari
Tidur yang berkualitas harus menjadi prioritas karena berkaitan dengan kesehatan tubuh.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Tidur yang berkualitas harus menjadi prioritas karena berkaitan dengan kesehatan tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang pasti sangat senang ketika akhir pekan tiba. Di hari Sabtu dan Ahad banyak kegiatan menyenangkan direncanakan untuk menghilangkan kepenatan bekerja atau sekolah.

Termasuk menggunakan akhir pekan sebagai momen mengejar kekurangan tidur di sepanjang Senin hingga Jumat. Peneliti pun mencoba mencari tahu, apakah mengejar kekurangan tidur di akhir pekan bermanfaat besar?

Tidur sangat penting untuk menjaga agar otak dan tubuh manusia memiliki kinerja yang optimal. Tubuh yang bekerja optimal umumnya akan memperpanjang masa hidupnya.

Menurut seorang peneliti tidur, Chin Moi Chow, dilansir dari Independent, mengejar waktu tidur yang tertinggal memang mungkin dilakukan di akhir pekan. Meski begitu, waktu tidur yang hilang tidak selalu dapat dibayar.

Artinya, memori yang dibentuk pada hari kekurangan tidur bisa saja berubah. Yakni menjadi memori tidak stabil yang berubah jadi memori stabil saat tidur lelap. Tapi hal tersebut sulit terjadi jika tubuh tidak memperoleh tidur lelap yang cukup malam itu.

Baca juga: Bahaya Sedotan Plastik Bagi Kesehatan

Menurut seorang ahli saraf, Leonie Kirszenblat, seseorang mampu mendapatkan kembali waktu tidurnya karena adanya “tekanan tidur”. Tekanan ini memberitahu otak bahwa orang tersebut tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup, yang kemudian menyebabkan perubahan secara fisiologis.

Akan tetapi dampak kurangnya tidur dikatakan oleh Kirszenblat terhadap kemampuan seseorang untuk mengingat tidak bisa diperbaiki oleh jam tidur tambahan selama akhir pekan. "Tidur membantu tubuh membuang protein beracun yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif," katanya.

Seorang peneliti tidur Siobhan Banks mengatakan semakin lama seseorang kekurangan tidur, maka akan semakin sulit mengejar waktu tidur yang dibutuhkan. Peneliti tidur lainnya, Gemma Paech, dan psikolog Melinda Jackson berpendapat mengejar waktu tidur yang kurang tidak semudah yang dikira.

Paech mengatakan bahwa hilangnya waktu tidur dapat berakumulasi hingga mengganggu kesehatan. Namun, tidur berlebihan di akhir pekan juga dapat berbahaya bagi tubuh karena dapat mempengaruhi “sistem waktu sirkadian” atau jam internal tubuh.

Jackson menambahkan, upaya membayar tidur bahkan bisa mempengaruhi jam biologis. "Siklus bangun tidur tubuh didasarkan ritme 24 jam. Begitu kita pindah ke siklus berikutnya, jam tubuh kita akan mengesetnya ulang."

Sebenarnya Jackson mengatakan, otak memiliki kemampuan merespons kekurangan tidur dan menyesuaikan dengan kebutuhan lelapnya tidur. Otak disebutnya bisa melakukan penyesuaian tersebut secara mandiri jika dibutuhkan.

Dalam sebuah studi yang dilakukan Stress Research Institute di Universitas Stockholm, ditemukan bahwa kenaikan angka kematian erat kaitannya dengan jumlah waktu tidur. Tapi tambahan waktu tidur di akhir pekan bisa menangkal efek negatif kurang tidur di hari kerja. Studi juga menemukan, terlalu banyak tidur atau lebih dari delapan jam sehari bisa berkaitan dengan angka kematian yang lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement