Rabu 03 Jul 2024 13:52 WIB

Atlet yang Rajin Olahraga Juga Bisa Alami Henti Jantung, Dokter Beri Penjelasan

Pebulutangkis Zhang Zhi Jie meninggal dunia setelah mengalami henti jantung.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Pria mengalami henti jantung (ilustrasi). Dokter mengimbau Anda mewaspadai kelainan irama jantung tersenbunyi saat melakukan aktivitas berat atau berolahraga.
Foto: www.freepik.com.
Pria mengalami henti jantung (ilustrasi). Dokter mengimbau Anda mewaspadai kelainan irama jantung tersenbunyi saat melakukan aktivitas berat atau berolahraga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat melakukan aktivitas berat seperti berolahraga, Anda diimbau mewaspadai adanya kelainan irama jantung tersembunyi yang tidak terdeteksi saat pemeriksaan jantung. Dokter apesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia dr Donny Yugo Hermanto Sp.JP (K) mengatakan atlet profesional pun bisa mengalami henti jantung karena kelainan irama jantung yang tidak terdeteksi dengan alat pemeriksaan jantung standar.

“Atlet profesional bisa mengalami henti jantung apabila terdapat kelainan irama jantung yang tersembunyi. Pada keadaan normal kelainan ini tidak terdeteksi pemeriksaan jantung standar,” kata Donny, Rabu (3/7/2024).

Baca Juga

Hal ini merujuk pada kasus kematian atlet pebulu tangkis tunggal putra China Zhang Zhi Jie yang meninggal dunia saat pertandingan BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di Yogyakarta pada Ahad (30/6/2024) malam. Dokter di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita ini mengatakan pemeriksaan khusus perlu dilakukan pada orang yang berisiko tinggi mengalami henti jantung.

Pemeriksaan seperti uji provokasi dan studi listrik dapat dilakukan pada orang yang sering mengalami keluhan pingsan mendadak, pandangan gelap, berdebar dan riwayat meninggal mendadak pada keluarga besar, ujarnya. Pada saat berolahraga, baik atlet maupun masyarakat awam juga harus mengetahui bagaimana kapasitas atau kemampuan jantungnya dengan melakukan pemeriksaan Cardio Pulmonary Exercise Testing (CPET) yang tersedia di beberapa rumah sakit.

Selain itu juga bisa dilakukan dengan mengecek persentase laju nadi saat beraktivitas olahraga dengan menghitung nilai Age-Predicted Maximal Heart Rate (APMHR). “Nilai APMHR dapat dihitung dengan rumus 220 dikurang jumlah usia. Bila laju nadi sudah melebihi APMHR artinya jantung dalam kapasitas maksimalnya. Namun, penilaian yang paling baik tetap dengan menggunakan CPET,” jelasnya.

Donny mengatakan jika seseorang melakukan olahraga, maka hal yang perlu diwaspadai untuk menghindari henti jantung adalah mewaspadai keluhan seperti kelelahan berlebih, nyeri dada, sesak napas, dan pandangan gelap seperti mau pingsan. "Dan jika ada seseorang yang mengalami henti jantung di sekitar kita, Donny menyarankan untuk melakukan upaya bantuan keselamatan dengan urutan cek kesadaran, panggil bantuan, cek nadi di leher selama lima sampai 10 detik, dan bila tidak ada nadi terasa maka bisa diberikan pijatan jantung dengan kecepatan 100 kali per menit," katanya.

Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) ini bisa dipelajari untuk awam dan tersedia di beberapa provider seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) yang memberikan pelatihan kepada awam secara rutin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement