Kamis 20 Jun 2024 09:32 WIB

Cegah Penyakit Jantung Koroner dengan Gaya Hidup Sehat, Jangan Tunggu Terlambat

17 juta orang lebih di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Seorang pria mengalami penyakit jantung koroner (ilustrasi). Penyakit jantung koroner PJK dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Foto: Foto : MgRol_92
Seorang pria mengalami penyakit jantung koroner (ilustrasi). Penyakit jantung koroner PJK dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi salah satu momok menakutkan di era modern. Gaya hidup tak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan tidak seimbang, dan konsumsi rokok, menjadi faktor utama pemicunya.

Namun, kabar baiknya, PJK dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia (UI) dr Yahya Berkahanto Juwana, menekankan pencegahan adalah obat yang terbaik. "Maka perlu lifestyle modification yang sehat untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner," kata dr Yahya baru-baru ini.

Baca Juga

Dr Yahya menjelaskan, modifikasi gaya hidup melalui konsumsi makanan dan minuman sehat serta rutin berolahraga merupakan upaya sederhana untuk mencegah risiko penyakit, khususnya jantung koroner. Secara spesifik, pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya olahraga selama 150 menit per pekan, diet terkontrol dengan mengkonsumsi garam kurang dari 2 gram per hari, menghindari gorengan, MSG, makanan berlemak, makanan cepat saji, soda, atau menerapkan mediteranian diet.

Kemudian, cukup tidur atau istirahat untuk mencegah stres, jaga berat badan agar tetap stabil, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta melakukan meditasi. Selain itu, ia menyarankan agar orang dewasa rutin melakukan medical checkup (MCU) dan konsultasi jantung dengan dokter spesialis.

"MCU sangat penting sebagai skrining awal untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit jantung atau tidak. Penyakit ini sering tidak terdeteksi gejalanya lalu tiba-tiba terkena serangan jantung, maka sering disebut silent killer," ujarnya.

Dr Yahya mengatakan, penyakit jantung koroner tak hanya dialami oleh orang yang berusia lanjut, tetapi juga menyerang kelompok usia produktif.

Menurut dia, penyakit jantung terjadi karena adanya Atherosclerotic (Aterosklerosis) yang merupakan kondisi medis berupa penumpukan plak yang tumbuh secara bertahap di dalam dinding arteri dan menyebabkan adanya penyempitan pembuluh darah.

Pada kondisi tertentu, plak dapat pecah dan memicu pembentukan gumpalan darah yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sepenuhnya. Hal ini dapat mengganggu aliran darah normal dan meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, atau gangguan sirkulasi lainnya.

Penanganan penyumbatan pembuluh darah dapat melibatkan berbagai metode, tergantung pada tingkat keparahan sumbatan dan letak lokasi sumbatan. Ia mengatakan, pemasangan stent atau ring jantung masih menjadi solusi efektif untuk mengatasi penyumbatan pembuluh darah.

Oleh karena itu dr Yahya mengimbau agar masyarakat, terutama yang berusia produktif agar menjaga gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit jantung. "Penderita penyakit jantung koroner tidak selalu harus pasang ring. Pada beberapa kasus, bahkan cukup dengan melalukan gaya hidup sehat serta terapi pengobatan saja," katanya.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia, data BPJS Kesehatan pada November 2022 menunjukkan biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah menghabiskan hampir separuh dari total biaya, sebesar Rp 10,9 triliun dengan jumlah kasus sebanyak 13.972.050 kasus.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement