REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Seorang pria yang hidup mengandalkan paru-paru besi sebagai alat bantu pernapasan selama tujuh dekade, Paul Alexander, meninggal dunia pada usia 78 tahun. Kabar duka Paul diumumkan dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh saudaranya, Philip Alexander.
Dilansir The Washington Post pada Jumat (15/3/2024), Paul Alexander lahir pada 30 Januari 1946 di Dallas. Paul menghabiskan sebagian besar hidupnya menantang polio, yang telah mengubah kehidupannya secara drastis. Polio membawanya ke dalam dunia paru-paru besi, sebuah alat yang berperan penting dalam memungkinkannya untuk tetap hidup selama tujuh dekade.
Kisah hidupnya dimulai pada usia enam tahun, ketika Paul terserang polio. Dalam upayanya untuk menyelamatkan diri dari panasnya hujan musim panas, dia terjatuh ke dalam lumpur dan menjadi sakit. Diagnosis dengan polio, Paul menghadapi masa-masa kritis di mana kehidupannya hampir terancam.
Paul dirawat di Rumah Sakit Parkland, tempat dia diselamatkan oleh trakeotomi darurat yang memungkinkannya bernapas melalui paru-paru besi. Inilah awal dari perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan, tetapi inspiratif. Sejak itu, Alexander menjalani kehidupan yang menguji keberaniannya dan ketahanannya.
Meskipun terbatas oleh keterbatasan fisik, Paul tidak menyerah pada kehidupan. Dia memperoleh gelar sarjana dari Universitas Texas pada 1978, dan gelar doktor hukum pada 1984. Praktik hukumnya terkonsentrasi pada hukum pidana, keluarga, dan kasus kebangkrutan.
Selain itu, Paul adalah penulis memoar terkenal, yang menceritakan perjuangannya hidup dengan polio dan menggunakan paru-paru besi. Memoar tersebut, berjudul Three Minutes for a Dog: My Life in an Iron Lung diterbitkan pada 2020 dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Paul terus mencari cara untuk menjalani hidup dengan semangat dan inspirasi bagi orang lain. Keluarga dan teman-teman terdekat mengenang kehidupan yang penuh perjuangan dan inspiratif dari seorang pria yang menghadapi segala rintangan dengan keberanian dan tekad yang luar biasa.