Rabu 04 Sep 2024 08:18 WIB

Keponakan Ayu Ting Ting Sempat Dehidrasi Sebelum Meninggal, Ini Pandangan Dokter

Muntah dan diare terus-menerus dapat membuat tubuh anak kehilangan banyak cairan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ayu Ting Ting bersama adiknya Assyifa Nuraini, beserta keponakannya Rayaz Zoltan Fachrizal. Keponakan Ayu tersebut dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (31/8/2024).
Foto: Dok. Instagram/ayutingting92
Ayu Ting Ting bersama adiknya Assyifa Nuraini, beserta keponakannya Rayaz Zoltan Fachrizal. Keponakan Ayu tersebut dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (31/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keponakan Ayu Ting Ting, Rayaz Zoltan Fachrizal, meninggal dunia pada 31 Agustus lalu. Menurut keterangan Ayu, sebelum mengembuskan napas terakhir, bayi yang masih berusia satu bulan itu sempat mengalami muntah dan buang air secara intens pasca menjalani imunisasi polio.

Atas hal ini, Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Endah Citraresmi, memberikan pandangannya. Menurut dr Endah, kejadian pascaimunisasi itu bisa berhubungan dengan vaksin atau tidak. Sebagai contoh, ada anak yang setelah divaksinasi kemudian meninggal, namun ternyata pada saat diotopsi ditemukan bahwa anak itu tersedak makanan.

Baca Juga

“Jadi apakah karena vaksinnya dia jadi tersedak makanan? Tentu tidak. Jadi itulah, ada kejadian yang kebetulan atau coincident. Saya tidak bisa menjawab secara spesifik, karena bukan kapasitas saya, tetapi itu harus ditelaah lebih lanjut,” kata Endah dalam diskusi media virtual, Selasa (3/9/2024).

Ia juga menjelaskan terkait tanda-tanda dan tata laksana yang tepat saat anak mengalami dehidrasi, seperti apa yang mungkin dialami almarhum Rayaz. Dr Endah menjelaskan bahwa muntah dan diare yang terus-menerus akan membuat tubuh anak kehilangan banyak cairan. Karenanya saat anak mengalami dehidrasi, yang pertama kali harus ditangani adalah bagaimana kita mengganti cairan tubuhnya.

“Jadi tata laksana dehidrasi itu kita bukannya nyari obat A B C, tapi nyarinya oralit. Kita harus ganti cairan yang keluar. Anak muntah, mencret, yang dicari itu jangan probiotik, jangan obat penghenti diare, jangan, yang dicari adalah oralit. Atau misalnya berikan ASI yang cukup, jika anak itu masih ASI,” kata Endah.

Menurut dr Endah, saat dehidrasi sudah masuk pada kategori parah, maka biasanya anak sudah tidak bisa minum lagi. Jika sudah pada tahap ini, ia menyarankan agar anak segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

“Jadi kunci ketika anak muntah, mencret, langsung kasih oralit atau berikan ASI. Jika cairan udah enggak bisa masuk, biasanya itu tanda dehidrasi sudah parah, jadi langsung bawa anak ke rumah sakit,” kata dr Endah.

Dr Endah mengungkapkan tanda-tanda dehidrasi pada bayi yang perlu diwaspadai oleh orang tua. Salah satu tanda yang paling mudah adalah melihat frekuensi pipis bayi. Normalnya, bayi harus pipis setiap 4-6 jam sekali atau setidaknya 6 kali dalam 24 jam. Jika lebih dari 6-8 jam bayi tidak buang air kecil, maka ini harus diwaspadai sebagai tanda dehidrasi.

Selain itu, perhatikan juga dari tangisan bayi. Bayi sehat akan mengeluarkan air mata saat menangis. Adapun jika bayi menangis tanpa air mata, ini bisa menjadi pertanda bahwa ia mengalami dehidrasi.

“Tanda anak dehidrasi juga bisa dilihat dari matanya yang celong, lalu perutnya kalau dicubit akan kembalinya lambat, itu tanda-tanda dehidrasi udah berat. Tapi yang paling gampang adalah frekuensi pipis tadi,” kata dr Endah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement