Kamis 07 Mar 2024 12:01 WIB

Tuberkulosis Laten Bisa Timbul tanpa Gejala, Siapa yang Harus Tes Tuberkulin?

TBC laten umumnya dialami oleh kelompok berisiko tinggi.

Warga melakukan rontgen toraks paru saat pelaksanaan layanan keliling deteksi tuberkulosis (TBC) di UPT Pukesmas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (1/12/2023).  Pemerintah Kota Medan bekerja sama dengan rumah sakit daerah setempat menggelar layanan keliling deteksi TBC gratis bagi warga Kota Medan dengan tujuan siaga terhadap penyakit menular seperti TB dan HIV.
Foto: ANTARA FOTO/Yudi
Warga melakukan rontgen toraks paru saat pelaksanaan layanan keliling deteksi tuberkulosis (TBC) di UPT Pukesmas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (1/12/2023). Pemerintah Kota Medan bekerja sama dengan rumah sakit daerah setempat menggelar layanan keliling deteksi TBC gratis bagi warga Kota Medan dengan tujuan siaga terhadap penyakit menular seperti TB dan HIV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat perlu mewaspadai bahaya tuberkulosis (TB/TBC) laten yang bisa timbul tanpa gejala. TBC laten merupakan kondisi di mana sistem pertahanan tubuh tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis secara sempurna.

Pada penderita TBC laten, sistem pertahanan tubuh mampu mengontrol, sehingga kuman yang menginfeksi seperti tidur. Namun, kuman bisa bangkit kembali saat daya tahan tubuh melemah.

Baca Juga

"Infeksi TBC laten umumnya ditemukan di individu-individu yang berisiko tinggi," kata dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta, Faiza Hatim, dalam diskusi tentang TBC yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Dokter Faiza mengatakan TBC laten umumnya dialami oleh kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan atau orang-orang di rumah yang melakukan kontak erat dengan pasien TBC serta penghuni rumah yang sama, terutama jika ada pasien yang melakukan cuci darah secara rutin, penderita diabetes, serta anak dengan usia di bawah lima tahun. Orang-orang berisiko tersebut diketahui melalui investigasi kontak yang dilakukan pada saat berobat.

Untuk itu, dr Faiza mengimbau masyarakat yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Mereka perlu menjalani pemeriksaan tuberkulin untuk mengetahui adanya TBC laten dalam tubuh agar penyakit tersebut bisa dengan segera ditangani.

Tes tuberkulin, lanjut dr Faiza, merupakan tes yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke bagian bawah kulit sampai membentuk benjolan. Hasilnya akan dianalisis oleh dokter 48 jam kemudian.

"Nanti akan dilihat, apakah ukurannya lebih dari 5 cm atau lebih dari 10 cm, itu nanti interpretasinya juga berbeda pada kelompok orang tertentu. Kalau misalnya memang orang yang ada kontak erat (dengan pasien TBC), dia dengan ukuran yang 5 cm benjolannya sudah bisa kita nyatakan ada TB laten," katanya.

Hal yang harus ditekankan, menurut dr Faiza, TB laten itu tidak bergejala. Andaikan pasien memiliki gejala, maka tes tuberkulin tidak boleh dilakukan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement