Selasa 05 Mar 2024 14:20 WIB

Penderita Obesitas di Indonesia Bertambah Signifikan, Ternyata Ini Penyebabnya

Masyarakat diimbau tak konsumsi gula lebih dari 4 sendok makan setiap harinya.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Penderita obesitas (ilustrasi). Penyebab utama obesitas di Indonesia adalah konsumsi gula, garam, lemak (GGL) berlebih.
Foto: www.freepik.com
Penderita obesitas (ilustrasi). Penyebab utama obesitas di Indonesia adalah konsumsi gula, garam, lemak (GGL) berlebih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanggulan isu obesitas masih terus digencarkan oleh Pemerintah Indonesia, lantaran kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Kementerian Kesehatan RI mencatat, penyebab utama obesitas di Indonesia adalah konsumsi gula, garam, lemak (GGL) berlebih. 

“Perilaku masyarakat yang meningkatkan risiko obesitas, aktivitas fisik kurang, kurang makan buah dan sayur, serta konsumsi GGL berlebih,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, Dr Eva Susanti, dalam Peringatan Hari Obesitas Dunia yang diselenggarakan Nutrifood di Jakarta, Senin (4/3/2024).

Baca Juga

Ia menjelaskan, obesitas merupakan masalah global yang berdampak pada dua miliar penduduk dunia dan mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan di Indonesia, dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018, sehingga obesitas digolongkan sebagai penyakit yang perlu diintervensi secara komprehensif.

Obesitas menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, kanker, hipertensi, dan penyakit metabolik maupun non metabolik lainnya. Selain itu, juga berkontribusi pada penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular (5,87 persen dari total kematian), penyakit diabetes, dan ginjal (1,84 persen dari total kematian). 

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang Pencantuman Informasi Gula, Garam, dan Lemak di Pangan Olahan dan Siap Saji, serta melakukan edukasi tentang pentingnya aturan ini. Kemenkes juga telah menganjurkan masyarakat untuk melakukan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular, dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan, serta memahami risiko konsumsi gula, garam, dan lemak.

“Saat ini kami juga fokus dengan gerakan yang melibatkan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian obesitas sebagai faktor risiko PTM (Gentas) dengan mengupayakan agar masyarakat indonesia melakukan CERDIK,” papar Eva.

Cerdik merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara teratur minimal satu tahun sekali dengan deteksi penyakit prioritas, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga minimal 30 menit setiap hari, Diet seimbang dengan menakar pola makan isi piringku, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres dengan baik. “Dengan menerapkan pola CERDIK ini maka kita mengupayakan masyarakat Indonesia yang sehat,” ujarnya.

Kementerian Kesehatan RI mengimbau idealnya dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan). Sebagai upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi, dengan memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan. Yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula), dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

“Sebagai salah satu upaya penanggulangan isu obesitas di Indonesia, Nutrifood telah memimpin kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013,” ucap Head of Strategic Marketing Nutrifood, Susana, dalam kesempatan yang sama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement