Jumat 26 Jan 2024 07:15 WIB

Fans K-Pop Tuntut Hybe Pecat Scooter Braun karena Pro Israel?

CEO Hybe Amerika Scooter Braun dianggap secara terbuka mendukung Israel.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Kantor Hybe. Fans K-pop menuntut agar Hybe mencopot CEO Hybe Amerika Scooter Braun. Braun dianggap secara terbuka mendukung Israel.
Foto: Dok. Hybe Corp
Kantor Hybe. Fans K-pop menuntut agar Hybe mencopot CEO Hybe Amerika Scooter Braun. Braun dianggap secara terbuka mendukung Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa bulan terakhir, dukungan terhadap konflik Israel-Palestina telah menginspirasi penggemar K-pop untuk mengambil tindakan. Warganet baru-baru ini mengumumkan boikot terhadap The Big 4 K-Pop (4 agensi besar Korea Selatan) yakni SM Entertainment, JYP Entertainment, Hybe, dan YG Entertainment.

Meskipun warganet menargetkan keempat perusahaan, Hybe terus mendapat kritik berlanjut dengan tagar #HYBEDivestFromZionism yang menjadi tren. Dilansir Koreaboo pada Jumat (26/1/2024), beberapa alasan yang dikemukakan warganet termasuk ketidakresponsifan Hybe terhadap permintaan maaf salah satu artisnya, Jake Enhypen, yang meminum Starbucks selama siaran langsung.

Baca Juga

Bahkan setelah permintaan maaf tersebut, perusahaan tidak merespons kekhawatiran penggemar. Warganet menyoroti Hybe karena promosi yang dianggap tidak peka, seperti penggunaan produk Coca Cola dan cangkir Starbucks di tengah boikot. Penggemar juga mengecam Hybe karena kerja sama dengan artis seperti Justin Timberlake dan Usher yang secara terang-terangan mendukung Israel.

Kritik puncak ditujukan kepada CEO anak perusahaannya, Scooter Braun, yang telah lama dianggap kontroversial. Braun, yang diangkat menjadi CEO Hybe America pada 2021, telah secara terbuka mendukung Israel. Pada Desember 2023, dia bahkan mengunjungi wilayah tersebut, bertemu dengan tentara IDF, dan berbicara di Tel Aviv.

Penggemar K-pop menuntut agar Braun dicopot dari posisinya di Hybe, dengan menyalahkan dukungannya terhadap serangan udara IDF yang terus menerus atas krisis kemanusiaan di Gaza. Kritik mencapai puncaknya dengan lebih dari 22 ribu warga Palestina yang tewas dan ribuan lainnya kehilangan kebutuhan pokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement