Sabtu 20 Jan 2024 00:08 WIB

10 Kebiasaan Umum Pengemudi yang Bisa Menjadi Tanda Kondisi Mematikan

Saat perjalanan jauh, pengemudi kadang mengantuk.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Seseorang sedang mengemudikan mobil (ilustrasi). Saat mengendarai, seseorang terkadang mengalami microsleep yang dapat membahayakan keselamatan.
Foto: www.freepik.com
Seseorang sedang mengemudikan mobil (ilustrasi). Saat mengendarai, seseorang terkadang mengalami microsleep yang dapat membahayakan keselamatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat mengendarai kendaraan, terlebih saat perjalanan jauh, terkadang rasa lelah dan kantuk menghampiri pengemudi. Hal tersebut bisa membahayakan diri pengemudi maupun penumpang.

Agar tetap waspada saat berkendara, pengemudi kerap menurunkan jendela atau menyalakan radio. Sebuah penelitian menunjukkan aktivitas tersebut bisa menjadi tanda-tanda apnea tidur obstruktif (OSA).

Baca Juga

Obstructive sleep apnea adalah gangguan tidur yang diperkirakan memengaruhi sekitar 1,5 juta orang Inggris, menurut Asthma + Lung UK. Berdasarkan sumber National Health Service (NHS), Inggris, gejala apnea tidur terutama terjadi saat Anda tidur, yaitu termasuk pernapasan berhenti dan mulai, membuat suara terengah-engah, mendengus atau tersedak, sering terbangun, dan mendengkur keras.

Pada siang hari, penderita juga dapat merasa sangat lelah. Mereka merasa sulit berkonsentrasi, mengalami perubahan suasana hati, dan sakit kepala saat bangun tidur.

Para peneliti juga menemukan kebiasaan minum teh/kopi atau bernyanyi agar tetap waspada saat mengemudi juga bisa menandakan Anda menderita penyakit mendengkur yang mematikan. Hal ini bisa berarti mereka lebih mungkin mengalami kecelakaan saat mengemudi, serta menderita masalah kesehatan yang lebih luas.

Menurut dr Akshay Dwarakanath dari Rumah Sakit milik James University di Leeds, Inggris, hingga seperlima tabrakan di jalan mungkin disebabkan oleh kelelahan atau kantuk.

"Banyak pasien OSA mengemudi karena alasan pribadi atau profesional dan terdapat bukti bagus yang menunjukkan bahwa beberapa pasien berisiko lebih tinggi mengalami tabrakan di jalan,” kata dr Dwarakanath, dilansir The Sun, Jumat (19/1/2024).

Studi terbaru yang dipublikasikan di ERJ Open Research mengamati bagaimana OSA memengaruhi kebiasaan-kebiasaan mengemudi masyarakat. Para peneliti membandingkan 119 orang pengidap OSA yang belum memulai pengobatan dengan 105 orang yang tidak mengidap OSA.

Mereka ditanya tentang rasa kantuknya secara umum, kantuk saat mengemudi, strategi apa yang mereka gunakan untuk tetap waspada saat mengemudi, dan riwayat insiden mengemudi, seperti tabrakan-tabrakan. Hingga sepertiga penderita OSA menggunakan setidaknya tiga strategi untuk tetap terjaga saat mengemudi, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut.

Strategi yang dilakukan juga mencakup perpindahan posisi duduk, mengunyah permen karet atau makan, berhenti untuk berjalan-jalan, dan menggerak-gerakkan tangan/kaki atau berolahraga. Ada juga yang mencoba berhenti untuk tidur siang dan berhenti untuk mencuci muka dengan air dingin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement