Senin 15 Jan 2024 20:18 WIB

Petualangan Anak Penangkap Hantu, Film Horor yang tidak Menakutkan

Petualangan Anak Penangkap Hantu jadi pelipur lara terhadap film anak.

Salah satu adegan film Petualangan Anak Penangkap Hantu.
Foto:

Investigasi membawa mereka pada tokoh Pak Cho (diperankan Verdi Solaiman) dan perannya dalam cerita. Namun, belum sempat mengetahui lebih banyak dan berbuat sesuatu, mereka mendapat gangguan mistis yang menakutkan dari sesosok mahluk hitam melayang dengan kedua cakar panjang.

Tim APH juga mendapatkan penolakan dari Wak Bomoh dan pengikutnya serta sebagian warga. Investigasi pun mandek dan tim dipaksa pulang ke tempat asal mereka.

Rasa sedih dan kecewa melanda tim APH. Tapi ini bukan akhir. Suatu pencetus membuat mereka bangkit dan melanjutkan investigasi hingga menemukan akar masalah.

Isi kekosongan dan fantasi

Hadirnya Petualangan Anak Penangkap Hantu mungkin bisa menjadi upaya mengisi kekosongan film anak-anak buatan sineas tanah air seperti yang dikatakan Jose Poernomo dalam konferensi pers, Jumat (12/1/2024).

Bila diingat, sejumlah judul film anak populer yang menghiasi bioskop Indonsia dan dirilis tahun 2000-an misalnya, masih dapat dihitung jari sebut saja Petualangan Sherina (2000), Denias, Senandung di Atas Awan (2006), Laskar Pelangi (2008), Garuda di Dadaku (2009), Kulari ke Pantai (2018) dan Keluarga Cemara (2019).

Inilah yang kemudian membuat Direktur MNC Pictures Filriady Kusmara percaya diri menghadirkan film Petualangan Anak Penangkap Hantu, selain menurut dia pasar bioskop Indonesia tahun 2023 semakin baik dan ini terlihat dari beragamnya genre yang dihadirkan.

Selain mengisi kekosongan, anak-anak yang dikenal menyukai hal-hal bersifat imajinatif sehingga memiliki banyak fantasi juga difasilitasi melalui film ini. Anak-anak melalui tokoh Rafi, Zidan dan Chacha dibebaskan untuk berfantasi, sembari mengeksplorasi pikiran dan nalar. Mereka juga dipercaya untuk mencari solusi terhadap permasalahan orang dewasa, yang sebenarnya cenderung jarang terjadi di dunia nyata.

Bagi sebagian penonton dewasa, anak di bahwa usia 15 tahun, ada sejumlah adegan semisal anak mengendarai paralayang seorang diri dan memanjat tebing belasan meter tanpa bantuan profesional seperti dalam adegan dalam film juga dirasa mustahil.

Belum lagi tentang hal berbau....

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement