Rabu 10 Jan 2024 21:15 WIB

Gejala Diabetes tidak Selalu Khas, Kenali Tandanya pada Pria dan Wanita

Sering kali, orang menyangkal ketika mendapati gula darahnya tinggi.

Glukometer. Gejala klasik diabetes hanya dialami 20 persen pengidap diabetes.
Foto: Freepik.
Glukometer. Gejala klasik diabetes hanya dialami 20 persen pengidap diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat perlu mewaspadai gejala khas dan tidak khas yang ditimbulkan akibat penyakit diabetes. Apa saja yang akan terasa?

 

Baca Juga

"Gejala khas atau klasik yang perlu dikenali itu biasanya berat badan menurun tanpa penyebab jelas meski makannya tetap bagus atau teratur, tetapi berat badan menurun dan banyak kencing di malam hari dan sering haus karena cairan dalam tubuh keluar lebih banyak," kata Prof. Dr. dr. Dyah Purnamasari dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (10/1/2024).

 

Namun, Prof Dyah menyebutkan bahwa gejala tersebut hanya dialami oleh 20 persen pengidap diabetes atau sekitar satu dari lima pasien. Sementara itu, sekitar empat dari lima pasien tidak ada keluhan.

"Lebih banyak pasien yang tidak ada keluhan, jadi meski gula darahnya sudah ada di angka 300-400, itu tidak tahu kalau ada gejala diabetes," ujar dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta itu.

 

Secara umum, lanjut Prof Dyah, kadar gula darah (glukosa) yang dianggap normal ada beberapa jenis, yakni glukosa saat puasa, glukosa pascamakan atau acak, kemudian parameter HbA1c, atau hemoglobin yang terglikolilasi oleh gula darah dalam tubuh.

 

"Glukosa darah puasa normalnya kurang dari 100, kalau glukosa sesudah makan, normalnya di bawah 200, nah yang disebut diabetes apabila gula darah puasa lebih atau sama dengan 126," ucapnya.

Andaikan kadar gula darah berada di tengah rentang tersebut, masyarakat mesti hati-hati. Misalnya, antara 101-126 sebaiknya sering periksa karena bisa jadi kemungkinan pradiabetes. Kemudian, untuk gula darah pascamakan, apabila di atas 200 dan sudah dilakukan dua kali pemeriksaan, artinya sudah diabetes.

 

"Kadang-kadang, pasien itu tidak percaya, mereka jalan-jalan lalu misalnya tiba-tiba ada pemeriksaan gratis glukometer, keluar hasil 250, dianggapnya biasa saja karena habis makan roti. Hati-hati, karena kalau normal, meskipun habis makan roti, kadar glukosanya tetap tidak boleh di atas 200. Sering kali masyarakat masih denial," tuturnya.

Prof Dyah berpesan agar masyarakat tidak takut didiagnosis diabetes. Sebab, pengidap diabetes bisa hidup normal sama seperti orang yang bukan diabetes selama terkontrol dengan baik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement