Ahad 03 Dec 2023 19:45 WIB

Wisata Peninggalan Kolonial Belanda di Bouwplan V Malang

Kawasan Bouwplan V diyakini termasuk tertua di Indonesia.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Penampilan bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang yang beberapa di antaranya masih sama dengan wujud aslinya sedangkan lainnya sudah tidak dikenali lagi.
Foto:

Di samping itu, juga terdapat bangunan sekolah rakyat yang kini menjadi SD Negeri Kauman 2 Malang. Saat ini bangunan yang masih mempertahankan sisi peninggalan sejarah tersebut digunakan sebagai perpustakaan dan ruang guru.

Ada pula rumah pribumi bernama Sukowono yang kini menjadi bangunan Kimia Farma di Jalan Kawi, Kota Malang. Bangunan yang dahulunya mewah ini dianggap unik karena jarang sekali pribumi mampu mendirikan rumah bagus di kawasan elit Belanda. "Tidak ada bukti sejarah Sukowono itu orang penting atau bukan tetapi diyakini dia termasuk orang yang berpengaruh karena mampu memiliki rumah di kawasan tersebut," jelasnya.

Berikutnya, terdapat bangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Bromo yang dahulunya merupakan rumah milik warga Eropa. Rumah mewah yang terdiri atas dua lantai itu selanjutnya dijual kepada saudagar gula bernama Han Tiauw An. Kemudian bangunan diserahkan kepada yayasan Tionghoa sehingga sempat menjadi sekolah kristen untuk berikutnya menjadi gereja mulai 1961.

Hal yang paling menarik berikutnya adalah gedung BRI yang berada di Jalan Kawi. Bangunan ini dahulunya merupakan Bank Perkreditan Rakyat atau Volkcredietbank. Berdasarkan pengamatan dari luar, saat ini struktur kolonial Belanda sudah tidak terlihat jelas dari bangunan tersebut.

Selain itu, rumah di kawasan Widodaren juga turut dibahas oleh komunitas. Pasalnya, area tersebut terdapat dua rumah yang memiliki satu atas bergaya Belanda. Bangunan ini diketahui pernah menjadi rumah dinas para pegawai Praja Malang yang biasa disewa sekitar tiga sampai enam bulan.

Tidak jauh dari tempat tersebut, terdapat Ardjoenopark yang dahulunya berfungsi sebagai resapan air (saat ini menjadi beberapa bangunan di Jalan Arjuno Kota Malang). Kemudian terdapat bangunan Korem 083 Baladika Jaya yang dahulu pernah menjadi Hotel Astor, yang dimiliki oleh purnawirawan Belanda bernama Mr P M Dee pada 1929. Hotel yang juga pernah menjadi rumah petinggi dan markas Jepang ini pernah dikunjungi oleh Jenderal Sudirman ketika penyerahan tawanan Jepang.

Komunitas History Fun Walk Malang juga sempat mengunjungi bangunan Gabungan Perusahaan Rokok Malang (Gaperoma). Bangunan ini sempat menjadi markas Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Kemudian juga pernah menjadi sekolah tinggi kedokteran Malang pada 1960-an yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).

Komunitas juga menunjukkan monumen Tentara Genie Pelajar (TGP) di dekat Stadion Gajayana. Lalu berdekatan dengan area tersebut, ada pula markas TGP yang kini menjadi SMIP/SMK Bina Cendika YPK. Untuk diketahui, bangunan sekolah ini juga pernah menjadi sekolah MULO di masa Belanda.

Selanjutnya, terdapat Rumah Meneer di Jalan Semeru, Kota Malang yang diyakini pernah menjadi milik orang Belanda. Kemudian dibeli oleh pribumi yang merupakan notaris pribumi pertama di Kota Malang. "Rumahnya masih asli. Ada paviliun yang menjadi Semeru Hostel. Nuansa zaman Belanda masih sangat kental," ungkapnya.

Mengunjungi Menara Suling...

photo
Penampilan bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang yang beberapa di antaranya masih sama dengan wujud aslinya sedangkan lainnya sudah tidak dikenali lagi. - (Republika/ Wilda Fizriyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement