Jumat 17 Nov 2023 21:47 WIB

Agar Bayi tak Lahir Prematur, Ibu Hamil Harus Cegah dengan Hal Ini

Orang tua diimbau mempersiapkan kehamilannya dengan baik.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Bayi prematur (ilustrasi).
Foto: irishprematurebaby.com
Bayi prematur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Anak Konsultan Neonatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) mengimbau para orang tua untuk mempersiapkan kehamilan dengan baik. Tujuannya agar bayi terhindar dari kelahiran prematur.

“Persiapkanlah kehamilan dan jangan anggap hal tersebut sepele,” ujar Rinawati, Jumat (17/11/2023).

Ia menuturkan, sebagian besar kelahiran prematur terjadi karena kondisi kesehatan ibu yang kurang baik, seperti adanya hipertensi, preeklamsia, anemia, diabetes, infeksi, dan kondisi lainnya. Oleh karena itu, dalam merencanakan kehamilan dan selama kehamilan berlangsung, para ibu harus selalu dipastikan dalam kondisi yang baik.

Hal yang perlu diperhatikan ialah kadar hemoglobin dan cadangan besi (feritin), gula darah, dan tekanan darah ibu yang baik. Selain itu, kesehatan mulut dan gigi juga perlu diperhatikan untuk menghindari infeksi selama masa kehamilan.

Selain itu, dokter anak tersebut menyatakan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi ibu juga perlu diperhatikan. Makanan perlu mengandung makronutrien dan mikronutrien yang lengkap, seperti vitamin D3, zat besi, dan berbagai sumber protein hewani, serta tidak terfokus hanya pada karbohidrat dan lemak.

Ia juga meminta para ibu hamil untuk mengecek kandungan mereka secara saksama. Melalui berbagai upaya ini, diharapkan 70 hingga 80 persen kelahiran prematur dapat dicegah.

Selain itu, Rinawati mendorong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan untuk dapat menganalisis ibu hamil yang berisiko tinggi melahirkan bayi prematur. Jika fasilitas kesehatan tersebut tidak mampu menangani bayi prematur, ibu hamil tersebut harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan perlengkapan yang lebih memadai.

Ia mengatakan setiap fasilitas kesehatan yang memberi layanan persalinan harus bisa menolong kegawatdaruratan pernafasan pada bayi batu lahir, termasuk bayi prematur. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, tingkat kelahiran prematur di Indonesia mencapai hampir 30 persen dari total bayi baru lahir.

Setiap 17 November diperingati sebagai World Prematurity Day atau Hari Prematur Sedunia yang perayaannya diinisiasi oleh European Foundation for the Care of Newborn Infants (EFCNI) pada 2008. Hari Prematur Sedunia tahun ini mengangkat tema “Small Actions, BIG IMPACT: Immediate Skin-to-Skin Care for Every Baby, Everywhere” untuk menyoroti pentingnya kontak langsung dari kulit ke kulit untuk meningkatkan kondisi bayi prematur melalui Kangaroo Mother Care atau Perawatan Metode Kanguru.

Metode kanguru dilakukan melalui kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu, sehingga ibu dapat menyalurkan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Selain itu, metode kanguru juga memberikan rasa nyaman kepada bayi prematur akibat kedekatan dan suara detak jantung dari ibu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement