Senin 13 Nov 2023 16:33 WIB

Ada Garis Tipis Antara Kritik dan Mempermalukan, Hati-Hati Saat Memotivasi Anak

Orang tua kadang tak sadar kritik yang disampaikan justru mempermalukan anak.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Anak laki-laki sedang bersedih (ilustrasi). Alih-alih memotivasi mereka, kritikan yang salah mungkin malah membuat anak merasa tidak bisa berubah dan merasa tidak mampu.
Foto: www.freepik.com
Anak laki-laki sedang bersedih (ilustrasi). Alih-alih memotivasi mereka, kritikan yang salah mungkin malah membuat anak merasa tidak bisa berubah dan merasa tidak mampu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua disarankan berpikir dua kali sebelum melontarkan ucapan yang bisa mempermalukan anak. Hanya saja, tanpa disadari, dalam keseharian orang tua kerap mengatakan hal yang mempermalukan maupun membanding-bandingkan anak.

Beberapa contohnya, 'apakah kamu benar-benar ingin keluar dengan penampilan seperti itu?', 'kamu mengecewakan rekan satu timmu selama pertandingan tadi', atau 'kenapa kamu tidak bisa mendapat nilai bagus seperti kakakmu?'. Masih banyak contoh lain yang serupa.

Baca Juga

Saat mengatakan hal-hal seperti itu, banyak orang tua berdalih tidak menganggapnya sebagai hal yang mempermalukan anak. Bagi orang tua, itu dapat membantu anak mengenali suatu masalah, dan mungkin memotivasi mereka untuk berubah.

Dokter anak perawatan primer di Rumah Sakit Anak Boston, Amerika Serikat, Claire McCarthy, menjelaskan mengapa hal itu kurang tepat. Sebab, ada garis tipis antara kritik dan mempermalukan. Selain itu, ada dampak buruk jika orang tua sering mengucapkan hal demikian pada anak.

"Tidak semua anak adalah bintang kelas atau atlet. Kita semua pun melakukan kesalahan meskipun sudah berusaha sebaik mungkin, dan beberapa anak lebih sensitif atau tertutup dibandingkan yang lain," kata McCarthy, dikutip dari laman Harvard Health, Senin (13/11/2023).

Terkadang, aspek yang dipermalukan orang tua adalah bagian dari identitas anak. Alih-alih memotivasi mereka, kritikan yang salah mungkin malah membuat anak merasa tidak bisa berubah dan merasa tidak mampu. Ada akibat dan konsekuensi dari hal tersebut.

McCarthy menyebutkan, rasa malu mungkin membuat anak merasa buruk terhadap dirinya sendiri. Ketika orang yang paling dia cintai, dan yang pendapatnya paling penting, yakni orang tua, mengatakan hal-hal buruk tentangnya, hal itu bisa lebih dari sekadar menyakitkan.

Hal itu dapat memengaruhi harga diri anak hingga mendarah daging dan permanen. McCarthy yang merupakan asisten profesor pediatri di Harvard Medical School menyarankan cara mencegahnya, yaitu berpikir dahulu sebelum berbicara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement