REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Telur kerap dianggap sebagai makanan super atau superfood karena kaya nilai gizi. Tak hanya tinggi protein, telur juga mengandung 13 vitamin dan mineral esensial, asam lemak omega 3, hingga antioksidan. Namun, mengonsumsi telur secara berlebihan bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Banyak orang menghindari telur karena kandungan kolesterolnya yang tinggi. Mereka meyakini bahwa konsumsi telur bisa meningkatkan kadar kolesterol di dalam darah sehingga risiko penyakit kardiovaskular ikut meningkat.
Padahal, kandungan kolesterol dalam telur tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kadar kolesterol darah menurut organisasi Heart UK. Alih-alih kolesterol dari makanan, asupan yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan kadar kolesterol darah adalah lemak jenuh.
Saat ini, banyak badan kesehatan yang menyatakan bahwa konsumsi telur sebanyak tujuh butir per pekan aman untuk dilakukan oleh sebagian besar orang. Bahkan, Departemen Kesehatan di Inggris tidak memberikan batasan terkait konsumsi telur yang aman.
Di sisi lain, dr Michael Rozien dari Cleveland Clinic mengingatkan bahwa konsumsi telur yang berlebihan berpotensi meningkatkan risiko masalah kesehatan tertentu. Akan tetapi, risiko masalah kesehatan ini bukan datang dari kolesterol yang terkandung di dalam telur, melainkan dari zat bernama kolin.
Kolin merupakan zat yang biasa ditemukan dalam jumlah besar dalam kuning telur. Kolin sebenarnya merupakan zat gizi mikro yang penting untuk dikonsumsi dari makanan. Orang dewasa biasanya membutuhkan sekitar 425-500 mg kolin per hari.
Perbedaan kebutuhan asupan kolin turut dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut National Institutes of Health, laki-laki dewasa membutuhkan asupan kolin sebesar 550 mg per hari, sedangkan perempuan dewasa membutuhkan 425 mg kolin per hari.
Telur merupakan salah satu makanan dengan kandungan kolin tertinggi. Satu telur berukuran besar bisa mengandung sekitar 147 mg kolin.
"(Kolin) penting untuk kesehatan otak dan metabolisme. Jadi pertanyaan besarnya, mengapa (kolin) bisa menjadi sebuah bahaya?," kata dr Rozien, seperti dilansir Express pada Rabu (1/11/2023).
Dr Rozien mengungkapkan, kolin bisa memberikan dampak buruk bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Kelebihan kolin di dalam tubuh bisa menyebabkan terjadinya peradangan.
Menurut studi yang dilakukan Stan Hazen dan Wilson Tang dari Cleveland Clinic, peradangan ini bisa terjadi karena kolin yang berlebih dapat mendorong bakteri di dalam tubuh untuk memproduksi trimethylamine (TMA). TMA ini dapat bergerak menuju hati dan menyebabkan peradangan pada arteri-arteri di otak dan ginjal.
Peradangan di arteri atau pembuluh darah dapat memicu terjadinya pembentukan plak. Keberadaan plak bisa mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan risiko beragam masalah kardiovaskular, seperti penyakit jantung, strok, dan bekuan darah.
"Mengonsumsi terlalu banyak kolin bisa menyebabkan bau badan menjadi amis, muntah, banyak berkeringat dan berliur, tekanan darah rendah, juga kerusakan hati. Beberapa studi juga mengindikasikan bahwa jumlah kolin yang tinggi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung," ujar National Institute of Health.
Mengingat kuning telur mengandung kolin yang relatif tinggi, dr Rozien menilai orang-orang yang memiliki faktor risiko terhadap masalah jantung, strok, atau bekuan darah perlu membatasi konsumsi telur. Kelompok ini dianjurkan untuk tidak mengonsumsi lebih dari satu butir telur per pekan.
Secara umum, American Heart Association juga memberikan rekomendasi terkait batas konsumsi telur untuk orang-orang yang berisiko terhadap masalah kardiovaskular. Batasannya adalah satu kuning telur atau dua putih telur per hari.
Di sisi lain, Heart Foundation di Selandia Baru mengatakan, batas aman konsumsi telur untuk orang-orang yang berisiko terhadap penyakit jantung adalah enam telur per pekan. Sedangkan menurut Mayo Clinic, orang-orang yang sehat atau tak berisiko bisa mengonsumsi telur hingga tujuh butir per pekan.