Ahad 22 Oct 2023 12:41 WIB

Gaza Butuh 100 Truk Bantuan Setiap Hari

Rafah adalah jalur utama keluar masuk Jalur Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Truk Bulan Sabit Merah Mesir yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza melintasi gerbang perbatasan Rafah, di Rafah, Mesir, Sabtu,
Foto: AP Photo/Mohammed Asad
Truk Bulan Sabit Merah Mesir yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza melintasi gerbang perbatasan Rafah, di Rafah, Mesir, Sabtu,

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --  PBB berharap konvoi truk gelombang kedua yang akan dikirim ke Gaza pada Ahad (22/10/2023) di bawah sistem inspeksi ringan dapat menambah bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan oleh warga Gaza. Konvoi tersebut hanya sebagian kecil dari total yang dibutuhkan warga Gaza setelah pengepungan total Israel selama dua pekan.

PBB mengatakan, 100 truk setiap hari dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penting di Gaza. Konvoi gelombang pertama yang terdiri atas 20 truk tiba di Gaza melalui penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir pada Sabtu (21/10/2023). Namun upaya untuk mengirimkan pasokan ke wilayah kantong yang terkepung itu terhambat oleh tuntutan Israel untuk memverifikasi bantuan.

Baca Juga

Konvoi 20 truk tersebut diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden setelah perjalanan ke Israel pada Rabu (18/10/2023). Menurut para pejabat konvoi bantuan tersebut tidak perlu menjalani pemeriksaan.

“Saat ini kami sedang melakukan negosiasi bahwa kami mungkin akan melakukan konvoi lagi besok, bahkan mungkin sedikit lebih besar, 20 hingga 30 truk. Sangatlah penting bahwa tidak ada kesenjangan dalam bantuan yang melintasi perbatasan,” kata Kepala bantuan PBB Martin Griffiths.

Rafah adalah jalur utama keluar masuk Jalur Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel. Sebelumnya Israel mengatakan, mereka tidak akan mengizinkan bantuan masuk dari wilayahnya sampai Hamas melepaskan sandera yang ditangkap dalam serangan mengejutkan pada 7 Oktober. Israel mengatakan, bantuan bisa masuk melalui Mesir selama pasokan tidak sampai ke tangan Hamas.

“Hal krusial yang perlu dilakukan adalah kami sepakat, dan kami sedang berdiskusi, berdiskusi dengan Israel mengenai rezim verifikasi. Mulai besok kita perlu membangun sistem inspeksi yang ringan, efisien, dan acak, yang diharapkan tidak akan memperlambat segalanya,” kata Griffiths,

Griffiths membandingkan sistem inspeksi yang digunakan di Gaza dengan yang digunakan di Gaziantep untuk mengirim bantuan dari Turki ke Suriah. Dia mengatakan, Israel perlu memutuskan salah satu lembaga dari pemerintahan mereka yang terlibat dalam inspeksi.

"Kita harus mampu meyakinkan mereka bahwa sistem inspeksi ringan," kata Griffiths.

"Apa yang ingin kami pikirkan pada pertengahan minggu depan adalah operasi bantuan yang dapat diandalkan oleh masyarakat Gaza. Penduduk (Gaza) banyak dan mereka berada dalam masalah serius. Seperti yang Anda ketahui, sistem kesehatan sedang lemah.  Air hampir habis. Orang-orang minum air kotor,” kata Griffiths.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement