Ahad 01 Oct 2023 09:42 WIB

Dokter Sebut Isap Vape Seperti 'Memanggang' Paru-Paru

Mengisap vape jauh lebih buruk daripada merokok.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Liquid vape. Rokok elektrik atau vape sering dianggap sebagai alternatif yang lebih tidak merusak kesehatan daripada merokok.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Liquid vape. Rokok elektrik atau vape sering dianggap sebagai alternatif yang lebih tidak merusak kesehatan daripada merokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rokok elektrik atau vape sering dianggap sebagai alternatif yang lebih tidak merusak kesehatan daripada merokok. Akan tetapi, Brian Boxer Wachler, seorang dokter asal Amerika Serikat, tidak sepakat. Dia yakin mengisap vape jauh lebih buruk daripada merokok.

Dikutip dari laman Daily Mail, Ahad (1/10/2023), Wachler membagikan pendapatnya lewat Tiktok, dalam video yang telah ditonton warganet lebih dari 6,3 juta kali. Ahli bedah mata di Beverly Hills, California, itu menjelaskan bahaya serius dari mengisap vape.

Baca Juga

"Suhu vape bisa jauh lebih panas dibandingkan asap rokok, jadi vape benar-benar bisa memanggang paru-paru. (Ini bisa) menjelaskan mengapa lebih banyak orang muda yang menggunakan vape membutuhkan transplantasi paru-paru dibandingkan orang muda yang merokok," ujarnya.

Mayoritas dokter masih mengatakan mengisap vape lebih aman daripada rokok, yang memang sudah jelas dikaitkan dengan kanker dan melepaskan ribuan bahan kimia pembunuh. Namun, semakin banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mengisap vape juga menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang serius, terutama pada paru-paru dan jantung.

Awal 2023, American Heart Association (AHA) memperingatkan bahwa kandungan nikotin, pengental, pelarut, dan perasa dalam perangkat vape menimbulkan risiko lebih besar terhadap kesehatan jantung dibandingkan merokok. Paparan jangka panjang terhadap diacetyl dan acetyl propionyl (dua bahan tambahan perasa pada vape) dikaitkan dengan sesak napas, batuk kronis, asma, dan penyumbatan saluran napas.

Para ilmuwan dari universitas di Virginia dan North Carolina melaporkan bahwa ketika seseorang mengisap rokok elektrik di dalam mobil selama kurang dari 10 menit, udara di sekitar mereka menjadi sarat dengan PM2.5. Itu adalah partikel beracun yang ukuran diameternya 2,5 mikrometer atau lebih kecil.

PM2.5 dapat dihasilkan dari sumber alam dan rekayasa manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. Bila terhirup, bahan tersebut menembus paru-paru dan mengiritasi seluruh sistem pernapasan, kemungkinan menyebabkan atau memperburuk asma, bronkitis, dan mengi yang parah. Materinya cukup kecil sehingga bisa masuk ke aliran darah sehingga bisa menyebabkan peradangan di seluruh sistem dan meningkatkan risiko kesehatan jantung.

Dengan kata lain, mengisap vape sama buruknya dengan rokok. Penggunaan rokok elektrik dan rokok konvensional sama-sama memiliki kemungkinan memperburuk kesehatan jantung, karena keduanya menyebabkan iritasi akibat menghirup zat asing serta kerusakan pada pembuluh darah.

Vape yang tidak mengandung nikotin pun tetap dapat menyebabkan cedera paru-paru terkait penggunaan produk rokok elektrik. Penyebab pasti dari cedera tersebut masih belum sepenuhnya jelas, tapi para peneliti telah memusatkan perhatian pada senyawa vitamin E asetat, yang sering digunakan sebagai bahan pengental pada perangkat vape ganja ilegal.

Penelitian tahun 2022 ...

Wachler merujuk penelitian tahun 2022 yang diterbitkan dalam jurnal Critical Reviews in Toxicology, yang menemukan bahwa dari 11.350 pasien dengan kerusakan paru-paru akibat vape, setengahnya menggunakan nikotin dan THC. Lebih dari sepertiga pasien menggunakan vape THC saja, sementara 17 persen menggunakan vape nikotin.

"Kerusakan paru-paru bisa terjadi pada penggunaan jenis vape apa pun," kata Wachler, yang menyarankan lebih baik tidak mengambil risiko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement