Kamis 21 Sep 2023 22:38 WIB

Virus dari Kotoran Hewan Langka Ini Diklaim Bisa Lawan Bakteri Resisten Antibiotik

Ada 1,27 juta kematian akibat resistensi antibiotik yang terjadi di dunia pada 2019.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
 Virus (ilustrasi).Sebuah virus dari kotoran hewan langka diklaim dapat mengatasi infeksi bakteri resisten antibiotik dan bahkan menekan risiko amputasi pada penderita diabetes.
Foto: Republika.co.id
Virus (ilustrasi).Sebuah virus dari kotoran hewan langka diklaim dapat mengatasi infeksi bakteri resisten antibiotik dan bahkan menekan risiko amputasi pada penderita diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Resistensi antibiotik saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Menurut laporan dalam The Lancet, ada sekitar 1,27 juta kematian akibat resistensi antibiotik yang terjadi di dunia pada 2019.

Sebuah virus diklaim dapat mengatasi infeksi bakteri resisten antibiotik dan bahkan menekan risiko amputasi pada penderita diabetes. Menurut studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Sheffield, virus ini dikenal sebagai bacteriophage atau phage. Virus ini bisa ditemukan secara alami pada kotoran beberapa hewan langka yang ada di tempat konservasi satwa liar, seperti babun Guinea, kukang, dan babi Visayan.

Baca Juga

"Terlepas dari baunya, feses dari spesies langka dapat memegang kunci penting dalam memberantas infeksi bakteri mematikan yang resisten terhadap antibiotik," jelas ketua tim peneliti, Prof Graham Stafford, seperti dilansir Metro pada Kamis (21/9/23).

Tim peneliti mengungkapkan bahwa ada ribuan jenis bacteriophage yang bisa melakukan serangan dan memberantas bakteri secara selektif. Serangan ini bahkan bisa dilakukan pada bakteri yang tak bisa diberantas dengan antibiotik.

"Kami merupakan yang pertama mencari virus ini pada kotoran di kebun binatang," ujar Prof Stafford.

Prof Stafford merasa takjub karena hewan yang nyaris punah masih memberikan kontribusi positif bagi kehidupan manusia. Mengingat besarnya potensi manfaat dari virus bacteriophage untuk mengatasi masalah resistensi obat, Prof Stafford menilai penting bagi manusia untuk semakin melestarikan dan menjaga hewan-hewan langka tersebut.

"Biodiversity yang mereka miliki berpotensi memiliki obat baru untuk beragam jenis penyakit infeksi dan kami percaya temuan ini hanyalah puncak gunung es," kata Prof Stafford.

Terapi dengan bacteriophage sebenarnya pertama kali ditemukan pada awal abad ke-20. Saat ini, ada beberapa negara yang sudah memanfaatkan terapi phage. Di Inggris misalnya, terapi dengan bacteriophage kerap digunakan untuk mengatasi masalah sepsis meski belum mendapatkan izin penggunaan resmi sebagai pengobatan.

Menurut dokter konsultan dari Sheffield Teaching Hospitals NHS Foundation Trust, dr Dinesh Selvarajah, terapi phage tak hanya berpotensi mengatasi masalah infeksi saja. Penanganan infeksi yang lebih efektif juga bisa memberikan dampak signifikan terhadap penurunan risiko amputasi pada pasien diabetes.

Saat ini, Prof Stafford dan timnya masih berusaha keras untuk mengembangkan virus dari kotoran hewan langka ini menjadi terapi yang bisa tersedia luas untuk pasien diabetes. Khususnya, lanjut Prof Stafford, untuk pasien diabetes yang menghadapi ancaman amputasi pada kaki.

"Mengobati infeksi dengan lebih efektif akan memberikan dampak signifikan pada penurunan risiko amputasi," ujar dr Selvarajah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement