Senin 18 Sep 2023 19:46 WIB

Bergadang Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Bagaimana kebiasaan tidur malam bisa menyebabkan diabetes tipe 2?

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang wanita tidak bisa tidur. Kebiasaan tidur larut malam atau bergadang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Foto: Republika/Wihdan
Seorang wanita tidak bisa tidur. Kebiasaan tidur larut malam atau bergadang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan tidur saat larut malam, bahkan bergadang hingga dini hari mungkin dianggap biasa saja bagi sebagian orang dewasa. Akan tetapi, kebiasaan itu perlu dihindari karena penelitian baru menunjukkan dampaknya yang serius terhadap kesehatan.

Dikutip dari laman Prevention, Senin (18/9/2023), penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine mengamati bahwa kebiasaan begadang dapat membuat seseorang lebih berisiko mengidap diabetes tipe 2. Studi diikuti oleh hampir 64 ribu perawat yang berpartisipasi dalam Nurses’ Health Study II.

Baca Juga

Itu adalah salah satu investigasi terbesar mengenai faktor risiko penyakit kronis utama pada perempuan. Para perawat yang diteliti berusia 45 hingga 62 tahun, tidak memiliki riwayat kanker, penyakit kardiovaskular, atau diabetes ketika penelitian dimulai.

Periode penelitian berlangsung antara 2009 hingga 2017. Peneliti mengumpulkan data dari para peserta, termasuk waktu tidur dan jam bangun yang dilaporkan sendiri, perilaku gaya hidup seperti kualitas pola makan, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, dan durasi tidur.

Begitu pula kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, serta riwayat penyakit diabetes dalam keluarga. Data tersebut kemudian dicocokkan dengan catatan medis untuk menentukan siapa yang mengidap diabetes tipe 2 selama penelitian.

Peneliti menemukan orang yang suka tidur malam memiliki peningkatan risiko sebesar 72 persen terkena diabetes tipe 2 selama delapan tahun penelitian. Orang yang suka tidur malam secara keseluruhan juga cenderung memiliki pola makan yang kurang bergizi, kurang aktif secara fisik, dan memiliki indeks massa tubuh tinggi.

Menariknya, setelah peneliti memperhitungkan kebiasaan-kebiasaan ini dari data, risiko orang yang suka bergadang terkena diabetes tipe dua turun hingga 19 persen. Itu jika dibandingkan dengan orang yang suka bangun pagi, atau orang yang suka tidur dan bangun lebih awal. 

Bahkan, setelah memperhitungkan semua faktor gaya hidup, masih terdapat peningkatan risiko diabetes tipe 2. Hal demikian menunjukkan bahwa mungkin ada kecenderungan genetik yang menyebabkan diabetes tipe dua dan preferensi waktu tidur.

Bagaimana kebiasaan tidur malam bisa menyebabkan diabetes tipe 2? Pendiri Comite Center for Precision Medicine & Health, Florence Comite, yang tidak terlibat studi, menjelaskan bahwa kurang tidur menyebabkan disregulasi kadar ghrelin (hormon peningkat nafsu makan) dengan preferensi terhadap makanan berkalori tinggi dan kaya karbohidrat. Itu berimplikasi pada munculnya diabetes.

"Saat lelah, tubuh membutuhkan karbohidrat. Karbohidrat yang terbakar dengan cepat meningkatkan glukosa pada banyak orang, yang mengakibatkan penurunan tajam yang memicu lebih banyak keinginan untuk mengonsumsi karbohidrat," kata Comite. 

Inovator pengobatan presisi itu menyampaikan bahwa siklus demikian, seiring berjalannya waktu, dapat menyebabkan resistensi insulin, pradiabetes, dan diabetes tipe 2. Ahli endokrinologi dan pendidik di Pritikin Longevity Center, Krista Gonzales, menjelaskan pula bahwa menjadi orang yang suka begadang dapat menyebabkan berbagai kebiasaan kesehatan yang berbahaya.

"Begadang di malam hari dan kurang tidur dapat menyebabkan meningkatnya keinginan untuk mengonsumsi makanan yang menenangkan yang tinggi lemak dan gula, sehingga menyebabkan konsumsi berlebihan," kata Gonzales.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), satu dari tiga orang dewasa tidak cukup tidur, dan itu dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, obesitas, dan depresi. Pakar kesehatan menyarankan setiap orang mengupayakan perilaku tidur yang sehat.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement