Rabu 13 Sep 2023 13:54 WIB

Bisa Ancam Jiwa, Kenali Gejala yang Muncul dari Sepsis

Sepsis disebabkan oleh respons inang yang tidak sesuai terhadap infeksi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita mengalami sepsis (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Wanita mengalami sepsis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Tanggal 13 September diperingati sebagai Hari Sepsis Sedunia. Sepsis adalah kondisi medis parah dan mengancam jiwa yang muncul ketika respons tubuh terhadap infeksi menjadi tidak terkendali, sehingga menyebabkan peradangan yang meluas dan potensi kegagalan organ.

Ini adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan perhatian dan perawatan segera. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh respons inang yang tidak sesuai terhadap infeksi.

Baca Juga

Jika tidak dideteksi sedari dini dan ditangani segera, sepsis dapat menyebabkan syok septik, kegagalan beberapa organ, dan kematian. Hal ini paling sering menjadi komplikasi infeksi yang serius, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana hal ini merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Hampir 50 juta orang di seluruh dunia setiap tahun terkena penyakit yang disebut sepsis. Sekitar 11 juta kematian disebabkan oleh kondisi ini. Sepsis terutama dipicu oleh infeksi bakteri, virus dan jamur, termasuk Covid-19 dan influenza.

Penting untuk mengenali gejala sepsis agar kita bisa melakukan intervensi dini. Dilansir India Today, Rabu (13/9/2023), gejala-gejala sepsis dapat bervariasi pada setiap orang, tetapi sering kali meliputi suhu tubuh yang tinggi atau rendah, kebingungan atau disorientasi, bicara cadel, dan detak jantung yang cepat.

Tanda-tanda lain mungkin termasuk sesak napas yang parah, dingin, berkeringat, kulit pucat atau berbintik-bintik, dan napas cepat. Dalam beberapa kasus, pasien dapat mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan yang ekstrem, menggigil, pusing karena tekanan darah rendah, dan ruam kulit.

Siapapun dapat mengalami sepsis, tetapi kelompok tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi. Ini termasuk lansia yang berusia 65 tahun atau lebih, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, mereka yang memiliki kondisi medis kronis seperti diabetes, penyakit paru-paru, kanker, dan penyakit ginjal, dan individu yang baru saja sakit parah atau dirawat di rumah sakit.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sepsis dapat diobati dengan antibiotik dan menjaga aliran darah ke organ tubuh. Kadang-kadang, prosedur bedah diperlukan untuk mengangkat jaringan yang rusak akibat infeksi. Kadang-kadang, vasopressin digunakan untuk membantu mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement