Sabtu 26 Aug 2023 01:28 WIB

Cara Cinta Laura Mengatasi Tuntutan Sosial dan Validasi dari Eksternal

Cinta memiliki pandangan yang lebih seimbang dan realistis terhadap pencapaian.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Aktris dan penyanyi, Cinta Laura Kiehl dalam acara media gathering Fore Coffee di Kuningan City Mall, Jakarta Selatan, Jumat (25/8/2023).
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Aktris dan penyanyi, Cinta Laura Kiehl dalam acara media gathering Fore Coffee di Kuningan City Mall, Jakarta Selatan, Jumat (25/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris dan penyanyi, Cinta Laura Kiehl berbagi kisah inspiratifnya tentang perjalanan karier dan pertumbuhannya. Pada usia 12 tahun, Cinta memulai karier akting memainkan peran dalam sinetron “Cinderella" (2007). Dia berbicara tentang tantangan dan perubahan pandangan hidupnya seiring pertumbuhan dan matang.

Pada tahap awal karier, dari usia 12 hingga 20 tahun, Cinta merasa bahwa hidupnya bisa direncanakan secara rinci, misalnya rencana tentang film berikutnya, tanggal kelulusan, kuliah, dan pencapaian karier. Namun, Cinta dengan jujur mengakui bahwa selama periode ini, dia sangat mencari validasi dari eksternal. Dia menggambarkan perasaannya itu sebagai salah satu momentum sangat mempedulikan pendapat orang lain.

Baca Juga

Namun, pandangan hidupnya mengalami perubahan signifikan selama pandemi. Saat terisolasi dan memiliki waktu untuk introspeksi, Cinta mulai merenung tentang arti sebenarnya dari hidupnya. Dia menyadari bahwa upaya untuk selalu diakui oleh orang lain dan merasa tidak cukup tidak akan membawa kebahagiaan jangka panjang. Pandemi menjadi waktu yang memberinya kesempatan untuk merenung, mengukur ulang apa yang sebenarnya dia inginkan dalam hidupnya.

“Aku sadar, gimana aku bisa bahagia kalau selamanya aku ingin diakui oleh orang lain, dan merasa diri aku nggak cukup,” kata bintang film Jagat Arwah dalam jumpa pers media gathering Fore Coffee di Kuningan City Mall, Jakarta Selatan, Jumat (25/8/2023).

Cinta berbagi bahwa hidup bukanlah perlombaan, melainkan perjalanan. Dia mengungkapkan betapa pentingnya menghargai proses dan kegagalan dalam mencapai tujuan. Dalam kegagalan, dia menemukan peluang untuk tumbuh, belajar, dan menghargai setiap aspek dari perjalanan hidupnya. Dia berpesan bahwa fokus, usaha, dan ketekunan akan membawanya menuju pencapaian tujuannya, sesuai dengan rencana yang Tuhan atau semesta miliki baginya.

Cinta memiliki pandangan yang lebih seimbang dan realistis terhadap pencapaian. Dia telah mencapai fase dalam hidupnya di mana ketidakberhasilan dalam mencapai sesuatu pada waktu yang diinginkan tidak lagi membuatnya terlalu kecewa. Dia mempercayai bahwa ada rencana yang lebih besar untuk dirinya dan bahwa fokus pada proses dan waktu akan membawanya menuju keberhasilan.

“Aku bisa bilang dengan confident bahwa aku sudah dalam fase di hidup aku, di mana kalau sesuatu nggak terjadi, di waktu yang aku inginkan, aku sudah nggak kecewa lagi,” ujar Cinta. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement