Ahad 27 Aug 2023 12:00 WIB

Psikolog: Keberadaan Grup WhatsApp Ortu Mahasiswa Sudah Kelewatan, tak Ajarkan Kemandirian

Keberadaan grup WA orang tua dan pihak kampus tuai pro-kontra di masyarakat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Logo Whatsapp. Grup WhatsApp beranggotakan orang tua dan perwakilan kampus menuai pro-kontra di masyarakat.
Foto:

Terlepas dari pola pengasuhannya, orang tua yang tergabung di grup WhatsApp (WAG) demikian kemungkinan merasa perlu terhubung dengan perkembangan dan kesejahteraan anak mereka di kampus. Dengan bergabung di WAG, orang tua berharap memperoleh informasi terkini tentang kegiatan akademik, sosial, dan kesehatan.

Alasan lain, orang tua ingin memperoleh rasa aman dengan mendapatkan akses langsung ke informasi penting tentang kegiatan kampus, tugas, jadwal ujian, dan lain sebagainya. Itu pun bisa jadi saluran komunikasi untuk berkoordinasi dalam hal-hal seperti administrasi, pembayaran, dan kegiatan kampus lainnya.

Ada pula yang ingin mencari wadah berbagi pengalaman antara orang tua mahasiswa, memberikan dukungan emosional, dan bertukar pikiran dengan orang tua lainnya terkait situasi tertentu. Semua itu diharap memberikan rasa saling mendukung.

Kasandra memahami bahwa sebagian orang tua mungkin memiliki kekhawatiran dan pertanyaan tentang perkembangan akademik dan kesejahteraan anak mereka di kampus. Namun, dia menyebut WAG demikian sebenarnya tidak perlu.

Kalau pun diperlukan sarana komunikasi antara pihak universitas dan orang tua, bisa menggunakan medium lain, seperti email. Ada pun jika WAG orang tua dan pihak kampus tetap dibuat, penting untuk mematuhi etika komunikasi yang baik dan menjaga saluran komunikasi terbuka dan transparan.

"Keputusan untuk terlibat dalam WAG kampus harus didasarkan pada kesepakatan dan kesepahaman bersama antara orang tua, mahasiswa, dan pihak kampus," ungkap Kasandra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement