REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gigitan anjing yang terinfeksi merupakan salah satu sumber penular rabies paling umum pada manusia. Meski rabies bisa berakibat fatal, pertolongan pertama yang tepat dapat menekan risiko kematian pada pasien.
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus rabies atau lyssavirus. Rabies merupakan penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan yang terinfeksi ke manusia. Penularan bisa terjadi bila manusia terpapar oleh liur hewan yang mengandung virus rabies melalui gigitan, cakaran, atau jilatan.
Sekitar 95 persen kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi. Akan tetapi, beberapa hewan lain seperti kelelawar, kucing, dan kera juga dapat menjadi sumber penular rabies.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala awal yang mungkin dialami pasien rabies bisa terasa seperti flu biasa. Gejala tersebut bisa berupa rasa lemas, tidak enak badan, demam, atau sakit kepala. Rasa tak nyaman, sensasi menusuk, atau gatal juga dapat terasa di sekitar area gigitan hewan penular rabies.
Gejala-gejala awal tersebut biasanya berlangsung selama beberapa hari. Seiring dengan berjalannya waktu, gejala rabies yang muncul bisa semakin berat dan menyebabkan disfungsi serebral, cemas, kebingungan, dan agitasi.
Ketika penyakit semakin berat, pasien rabies bisa mengalami delirium, menunjukkan perilaku abnormal, berhalusinasi, hingga memiliki ketakutan terhadap air atau angin. Pasien rabies juga dapat mengalami kesulitan tidur.
"Periode akut dari penyakit ini biasanya berakhir setelah 2-10 hari. Sesaat setelah tanda klinis rabies muncul, penyakit ini hampir selalu fatal (menyebabkan kematian)," jelas CDC seperti dilansir laman resminya pada Sabtu (17/6/2023).
Pada tahap ini, terapi yang bisa diberikan kepada pasien umumnya merupakan terapi penunjang. Sejauh ini, hanya ada kurang dari 20 kasus rabies pada manusia dengan gejala klinis yang berhasil selamat.
Untuk menghindari risiko-risiko ini, ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan bila seseorang tergigit atau tercakar oleh hewan penular rabies seperti anjing. Berikut ini adalah langkah-langkah penting tersebut berdasarkan anjuran Kementerian Kesehatan RI melalui laman resmi mereka:
1. Secepatnya cuci luka gigitan dengan sabun pada air mengalir selama 15 menit, lalu beri antiseptik atau sejenisnya pada area luka.
2. Bawa pasien ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) serta Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasi.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI dr Imran Pambudi MPHM, sebagian besar kematian akibat rabies disebabkan oleh keterlambatan dalam membawa pasien ke fasilitas kesehatan. Keterlambatan ini mungkin dipicu oleh pemikiran bahwa luka yang mereka dapatkan hanya gigitan kecil dan tidak berdarah.
Pasien biasanya baru datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi yang sudah parah. Umumnya, mereka baru datang ke fasilitas kesehatan setelah lebih dari satu bulan mendapatkan gigitan hewan penular rabies.
"Artinya kalau sudah satu bulan otomatis kita tidak tahu lagi hewannya seperti apa, dan rata-rata mereka baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka," ujar dr Imran dalam siaran pers.
Penting juga bagi masyarakat untuk mewaspadai hewan dengan gejala-gejala rabies. Hewan yang terkena rabies umumnya menunjukkan perilaku ganas. Bila hewan tersebut merupakan hewan peliharaan, dia bisa menunjukkan perilaku yang tidak menurut pada pemiliknya.
Hewan yang terkena rabies juga bisa menunjukkan gejala seperti tidak mampu menelan, lumpuh, mulut terbuka dan air liur keluar secara berlebihan, serta cenderung bersembunyi di tempat gelap dan sejuk. Hewan dengan rabies pun bisa menunjukkan gejala seperti melengkungkan ekor ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang, lalu diikuti oleh kematian. Terkadang, rabies pada hewan juga bisa tak menunjukkan gejala. Pada kasus rabies asimtomatik, hewan bisa terlihat tak menunjukkan gejala namun tiba-tiba mati.