REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayi dan anak adalah populasi yang rentan terhadap kejadian tenggelam karena keterbatasan fisik dan kognitifnya. Apakah Anda penasaran hal yang sebenarnya terjadi pada tubuh saat tenggelam?
Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Rawat Intensif Anak (UKK ERIA) IDAI, Dr dr Ririe Fachrina Malisie SpA(K), mengatakan, ketika bernapas dalam air, napas akan tertahan dan menyebabkan jalan napas tertutup. Jika jalan napas tertutup, air yang masuk ke mulut refleks akan dimuntahkan atau justru ditelan.
"Ini bisa masuk ke dua saluran, yaitu saluran napas dan saluran cerna. Jika masuk saluran napas, saluran napas memang tidak didesain Allah SWT untuk menerima apa pun selain udara. Kalau ada air, menyebabkan kita tidak bisa bernapas dengan baik, akhirnya batuk dan sesak," ujarnya dalam media briefing bertema "Pertolongan Pertama pada Anak Berenang: Apa yang Harus Diwaspadai saat Anak Berenang", di Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Dr Ririe mengungkapkan, ada dua jenis tenggelam, yakni wet drowning dan dry drowning. Pada wet drowning atau tenggelam basah (becek), air masuk saluran napas pada waktu tenggelam. Umumnya 80 sampai 90 persen kasus ini biasanya terjadi pada air tawar. "Sehingga tenggelam di air tawar sejatinya lebih berbahaya dibandingkan air laut karena air langsung masuk ke dalam saluran napas atau paru-paru, dan paru-paru akan kolaps," ujarnya.
"Harusnya masuk udara, ini air paru-paru langsung, tidak mampu bernapas langsung meninggal segera," jelasnya.
Menurut dia, hanya sedikit kasus dry drowning yaitu sekitar 10 persen. Ini umumnya tenggelam di air laut. "Kasus kematian di air laut sangat kecil karena sesuai hukum Archimedes, kalau kita masukkan sesuatu ke benda cair, itu akan mengapung sesuai dengan bendanya. Berat jenis kita selalu akan lebih berat, jadi kita selalu akan mengapung," jelasnya. Saat tenggelam di air laut, parunya bengkak, jadi masih ada keselamatan untuk bernapas.