REPUBLIKA.CO.ID, MAUMERE -- Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD dr T. C. Hillers Maumere, Asep Purnama, mengingatkan pentingnya penatalaksanaan atau penanganan yang cepat dan tepat terhadap kasus gigitan hewan penular rabies (HPR), khususnya anjing di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Daerah tersebut telah menjadi daerah KLB rabies.
"Kalau digigit, cuci luka dengan air mengalir dan sabun karena sabun membunuh virus, harus cepat dan tepat dan segera datanglah ke Rabies Center untuk mendapat penanganan," kata dr Asep yang juga merupakan sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata dalam In House Training Tatalaksana Gigitan HPR dan Kasus Rabies di RSUD dr T C Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu (24/5/2023).
Di hadapan para dokter dan perawat yang ada dalam lingkup rumah sakit daerah tersebut, dr Asep menjelaskan agar para tenaga kesehatan tidak panik dengan kejadian gigitan HPR yang membutuhkan pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila ada kasus gigitan, penanganannya harus dilakukan sesegera mungkin agar virus rabies tidak mencapai otak.
Untuk kasus dengan risiko rendah, pasien dapat langsung diberikan vaksin antirabies (VAR). Namun, untuk kasus dengan risiko tinggi, pasien harus diberikan VAR dengan serum antirabies (SAR).
Dokter Asep mengatakan, rabies memang penyakit yang mematikan, tapi bisa dicegah dengan mencuci luka serta pemberian VAR dan SAR sesuai indikasi. Namun, pencegahan rabies harus dimulai dengan pencegahan penularan melalui vaksinasi HPR khususnya anjing.
"Jangan panik. Setelah digigit, cuci luka, langsung beri VAR atau SAR," ujar Asep.
Asep menuturkan, saat positivity rate spesimen otak anjing berada pada angka di atas 50 persen, maka akan terjadi kejadian luar biasa (KLB).
Pada tahun 2018, katanya, dari 118 spesimen otak anjing yg diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar Bali, ada 60 spesimen positif rabies, dengan positivity rate sebesar 50,8 persen. Akhirnya, diputuskan KLB Rabies di Sikka pada tahun 2019.