REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehamilan di luar rahim atau kehamilan ektopik termasuk kondisi yang berbahaya karena berisiko menyebabkan tuba falopi pecah dan memicu komplikasi. Dokter spesialis obgyn yang bertugas di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Amira Abdat, mengingatkan bahaya dari kondisi tersebut.
Dalam unggahan video di Tiktok, dr Amira mengatakan bahwa belum lama ini dia mendapati pasien dengan kehamilan ektopik terganggu. Pasien tersebut merupakan seorang perempuan berusia 19 tahun yang diketahui sudah aktif berhubungan seksual dengan kekasihnya.
Menurut dr Amira, pasien datang dalam kondisi gawat dan shock hipovolemik, yakni ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah.
"Kehamilannya terjadi di luar rahim, yaitu di saluran tuba dan pecahlah kehamilannya itu mengakibatkan perutnya dipenuhi darah semua," kata dr Amira seperti dikutip dari unggahan videonya, Selasa (23/5/2023).
Dokter Amira menjelaskan, hal itu tentu bisa mengancam nyawa ibu. Sebab, pasiennya sudah dalam kondisi shock hipovolemik ketika sampai d rumah sakit.
"Selain nyeri hebat, pasien juga datang dengan penurunan kesadaran, tekanan darah 70/50, nadi 134, dan HB-nya 6. Ini termasuk kegawatdaruratan obstetri," ujar dr Amira.
Dokter Amira pun mengimbau kepada para perempuan muda, utamanya yang masih di bawah 20 tahun, untuk tidak melakukan hubungan seksual yang tidak sehat dan tidak sesuai. Pasalnya, hal tersebut bisa sangat berisiko bagi kesehatan yang salah satunya menyebabkan kehamilan ektopik terganggu.
"Pasien ini jauh-jauh dari kota A ke Fakfak datang untuk sekolah agama, ternyata di sini pacaran, hubungan seksual di luar nikah tentunya, dan sekarang hamil di luar kandungan, ini teguran banget. Karena penelitian di dunia mengatakan bahwa salah satu risiko kehamilan ektopik terganggu adalah usia kehamilan terlalu muda,” kata dr Amira.
Mayo Clinic juga menyatakan bahwa kehamilan ektopik tidak bisa berlangsung secara normal. Sel telur yang telah dibuahi tidak bisa bertahan hidup, dan jaringan yang tumbuh bisa menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa, jika tidak ditangani.
Selain di area tuba, kehamilan ektopik terkadang juga terjadi di area tubuh lain, seperti rongga perut, dan leher rahim (serviks) yang terhubung ke vagina. Pasien umumnya sulit mendeteksi gejalanya, namun beberapa di antara yang mengalami kehamilan ektopik memiliki tanda atau gejala awal kehamilan yang biasa terjadi, seperti telat haid, nyeri payudara, dan mual.
Menurut Mayo Clinic, kehamilan ektopik juga bisa terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi tersangkut dalam perjalanannya menuju rahim, sering kali karena tuba falopi mengalami kerusakan akibat peradangan atau kelainan bentuk. Ketidakseimbangan hormon atau perkembangan abnormal sel telur yang telah dibuahi juga dapat berperan.