Kamis 15 May 2025 19:46 WIB

Kenalan di Medsos Berujung Check-In? Remaja Wajib Melek Bahaya Ini

Edukasi seputar kesehatan reproduksi dan penggunaan bijak medsos dinilai penting.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Berkenalan di media sosial (ilustrasi). Memberikan edukasi yang komprehensif mengenai penggunaan media sosial secara bijak menjadi krusial bagi para remaja.
Foto: Dok. Freepik
Berkenalan di media sosial (ilustrasi). Memberikan edukasi yang komprehensif mengenai penggunaan media sosial secara bijak menjadi krusial bagi para remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial (medsos) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan interaksi, terdapat pula potensi risiko yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah pengaruh terhadap perilaku seksual yang dapat berujung pada kehamilan tidak diinginkan pada usia muda.

Oleh karena itu, memberikan edukasi yang komprehensif mengenai penggunaan media sosial secara bijak menjadi krusial bagi para remaja. "Trennya anak remaja itu usia sekolah SMP dan SMA, mereka hamil karena awalnya berkenalan lewat media sosial, kemudian tren pacarannya itu check-in di hotel," kata Perwakilan Entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), Nurul Hilaliyah di Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Baca Juga

Tren berkenalan di media sosial menjadi penyebab 35 persen kehamilan tidak diinginkan terjadi pada usia remaja. Hal itu menjadi temuan saat UN Women berkunjung ke wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTT) dan Jember, Jawa Timur beberapa waktu lalu, kata Nurul di sela kegiatan "Peringatan Hari Kartini Provinsi DKI Jakarta" di kawasan Jakarta Pusat.

Berkaca dari hal itu, dia mengusulkan agar edukasi meliputi seputar kesehatan reproduksi, penggunaan media sosial secara bijak untuk anak usia SMP dan SMA serta pengawasan media sosial oleh orang tua dapat masuk dalam rencana pembangunan, termasuk di DKI Jakarta. "Ayo kita usulkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, perlu ada edukasi untuk kami-kami yang ingin juga memeriksa apa yang dilakukan, apa aktivitas anak-anak remaja di media sosial," kata dia.

Bila usulan itu bisa dijalankan, kata dia, maka akan membantu menurunkan angka perkawinan anak dan menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan. Dalam kesempatan itu, Perwakilan Badan PBB yang berfokus pada masalah kependudukan, pembangunan serta kesehatan seksual dan reproduksi (United Nations Population Fund/UNFPA), Ria Ulina senada dengan pendapat Nurul.

Dia mencatat banyak perkawinan anak terjadi bukan karena kekerasan, tapi karena jatuh cinta yang berawal dari perkenalan di media sosial. "Itu terjadi kalau kita lihat di media sosial, anak-anak minta nikah karena cinta. Nah itu mungkin pengaruh media sosial juga, makanya edukasi, pendidikan sangat penting. Remaja perempuan, laki-laki juga, berhak untuk menempuh pendidikan sampai selesai," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement