Selasa 24 Jun 2025 16:23 WIB

Persepsi Gender Mulai Bergeser, Kelahiran Anak Perempuan Makin Dihargai

Perubahan persepsi tak lepas dari pengaruh kampanye yang mendorong kesetaraan gender.

Bayi yang baru lahir.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bayi yang baru lahir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selama berabad-abad, kelahiran anak laki-laki kerap dianggap lebih diidamkan ketimbang anak perempuan di banyak budaya dunia. Namun, pandangan ini mulai mengalami pergeseran signifikan, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesetaraan gender. Ironisnya, sebagian pergeseran ini juga masih dipengaruhi oleh stereotip lama tentang peran gender.

Dalam masyarakat yang masih kental dengan dikotomi laki-laki dan perempuan, identitas gender seseorang kerap menjadi perhatian utama, bahkan sejak dalam kandungan. Sejak penggunaan teknologi USG meluas di era 1980-an, sebagian besar orang tua kini dapat mengetahui jenis kelamin bayi mereka sejak trimester kedua kehamilan. Survei yang dilakukan French National Institute for Demographic Studies (INED) pada Desember 2023 mencatat, 91 persen orang tua di Prancis mengetahui jenis kelamin bayi mereka sebelum kelahiran. Alasan utamanya, untuk mempersiapkan perlengkapan bayi dan menentukan nama.

Baca Juga

Di Amerika Serikat, tren ini bahkan lebih menonjol lewat popularitas gender reveal party, pesta yang secara khusus digelar untuk mengumumkan jenis kelamin calon bayi. Pesta yang kerap berlangsung meriah ini, tak jarang menimbulkan kekecewaan bila jenis kelamin yang diumumkan tak sesuai harapan. Di banyak budaya, selama berabad-abad, kelahiran anak laki-laki dianggap lebih bernilai.

Namun demikian, dilansir dari Malay Mail, Selasa (24/6/2025), survei INED menunjukkan tren mulai berubah. Di Prancis, 46 persen perempuan dan 41 persen laki-laki mengaku memiliki preferensi gender saat kehamilan 25 persen ibu berharap melahirkan anak perempuan, 20 persen anak laki-laki. Sementara, 23 persen ayah menginginkan anak laki-laki dan 18 persen menginginkan anak perempuan.

Di AS, survei YouGov 2023 menunjukkan 56 persen warga tidak memiliki preferensi jenis kelamin, sementara 19 persen memilih anak laki-laki dan 15 persen anak perempuan. Survei Gallup antara 1941 hingga 2018 memperlihatkan, preferensi terhadap anak laki-laki memang dulu dominan, namun kini mulai menyempit.

Praktik Aborsi Berbasis Gender...

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement