Rabu 12 Apr 2023 22:26 WIB

Vape Rasa Mint Lebih Mematikan dan Merusak Paru-Paru

Vape ditujukan untuk membantu orang berhenti merokok, bukan menciptakan perokok baru.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Vape (ilustrasi). Para ilmuwan memperingatkan rasa mint dapat sama berbahayanya dengan vape cannabinoid yang sangat terkait dengan cedera paru-paru.
Foto:

Dengan demikian, penemuan ini mensimulasikan pola pernapasan yang sehat dan berpenyakit untuk memprediksi dengan andal seberapa beracun setiap rokok elektrik bagi paru-paru. Para peneliti mengembangkan robot untuk meningkatkan pengujian tentang bagaimana mencampur cairan isi vape dan menambah perasa memengaruhi komposisi dan dampak kesehatannya.

Ini mengatasi keterbatasan pengujian tradisional yang melibatkan penggunaan rat dan mice atau menumbuhkan sel di laboratorium. Hewan pengerat memiliki anatomi saluran hidung yang sangat berbeda sementara pengujian berbasis laboratorium dapat memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk memberikan hasil yang dapat diandalkan.

Penelitian ini dipublikasikan pada Selasa (11/4/2023) di jurnal Respiratory Research. Di sisi lain, dewan di Inggris akan menawarkan rokok elektrik hingga satu juta orang atau hampir seperlima perokok untuk memangkas tingkat kecanduan. Wanita hamil akan dibayar dengan voucher jika membuang rokok.

Penelitian menunjukkan tujuh persen orang Inggris berusia 15 hingga 24 tahun ngevape secara teratur sekaligus tertinggi dari negara-negara yang sebanding. Yang mengkhawatirkan, proporsinya kurang lebih sama untuk anak usia 11 hingga 17 tahun.

Sementara itu, penelitian University of Pittsburgh terjadi ketika Pemerintah AS meluncurkan tindakan keras terhadap vaping untuk menghentikan anak-anak kecanduan nikotin. Sebuah "pasukan penegakan" baru akan mengejar toko-toko yang ketahuan menjual rokok elektrik kepada anak di bawah 18 tahun dan mengeluarkan produk ilegal dari rak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement