REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak lima kucing peliharaan di AS mati karena flu burung. Hal itu meningkatkan kekhawatiran lebih lanjut atas penyebaran penyakit flu burung pada mamalia.
Kasus itu terjadi ketika seekor peliharaan mati karena virus flu burung di Kanada pada pekan lalu. Sebanyak tiga dari lima kucing itu berasal dari Nebraska dan dua dari Oregon, di mana semuanya mati antara Januari hingga Maret pada tahun ini.
Kucing keenam dinyatakan positif terkena virus H5N1 di Wyoming pada Januari, tapi para pejabat belum membagikan kabar mengenai nasib kucing tersebut. Menurut Animal and Plant Health Inspection Service di Department of Agriculture AS, kucing terakhir yang mati di Nebraska jatuh sakit pada akhir Maret, dengan gejala seperti lesu dan penurunan berat badan.
Kucing itu mati setelah dinyatakan positif flu burung. Para ahli tidak dapat memastikan cara penularan flu burung pada kucing tersebut. Hanya saja, kucing tersebut diketahui menangkap dan memakan burung liar, yang mungkin di antaranya terinfeksi flu burung.
Penelitian lain juga mengidentifikasi dua kasus flu burung yang lebih lama pada kucing Oregon. Menurut organisasi berita internasional BNO News, kucing-kucing itu tinggal di halaman belakang dekat ayam yang dinyatakan positif flu burung.
Kedua kucing menjadi sakit parah dengan berbagai gejala, termasuk sesak napas, penurunan berat badan, depresi, dan dehidrasi. Keduanya mati pada Januari.
Sementara itu, kematian dua kucing lainnya di Nebraska tercatat dalam laporan kasus yang diterbitkan pada Februari lalu. Dokter hewan di Veterinary Diagnostic Centre, University of Nebraska, Sarah Sillman, mengatakan kucing pertama mengalami penurunan kesehatan yang cepat dengan berbagai gejala, termasuk kejang, tremor, dan kehilangan proprioception (rasa tubuh sendiri).
Tiga kucing lain dianggap berisiko terkena flu burung, dan salah satu gejalanya berkembang dan dinyatakan positif tidak lama setelah kucing pertama yang terkena.
"Kucing itu digambarkan mengantuk dan berjalan berputar-putar," kata Sillman, dilansir The Sun, Selasa (11/4/2023).
Sillman menyebut kucing itu responsif terhadap rangsangan, dan sepertinya dapat makan dan minum dengan normal. Kucing tersebut bertahan hidup selama 10 hari dengan gangguan neurologis, di mana kucing tiba-tiba menjadi telentang ke samping dengan tremor terus-menerus. Diyakini kedua hewan tersebut tertular dari burung yang terinfeksi, bukan dari satu sama lain.
Virus H5N1 telah memusnahkan jutaan burung di seluruh dunia selama dua tahun terakhir, dan juga menyerang hewan lain, termasuk anjing laut, berang-berang, lumba-lumba pelabuhan, dan rubah. Pada bulan lalu, virus itu membunuh dua lumba-lumba di Devon dan Pembrokeshire.