Sabtu 01 Apr 2023 13:15 WIB

Perang Dunia Maya ketika Buzzer Punya Beragam Cara Bungkam Kritik Warganet

Interaksi mereka otomatis membuat reaksi warganet ikut tenggelam.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Aplikasi media sosial di ponsel pintar (Ilustrasi). Perang Dunia Maya ketika Buzzer Punya Beragam Cara Bungkam Kritik Warganet
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini media sosial (medsos) menjadi kebutuhan setiap orang. Selain untuk berkomunikasi, medsos juga menjadi tempat untuk mendapatkan informasi terbaru.

Medsos menjadi platform yang dimanfaatkan oleh artis atau penyanyi untuk menyapa penggemar mereka. Tak hanya itu, pejabat publik pun memiliki akun medsos untuk memberikan informasi mengenai kebijakan atau keputusan terbaru. Namun, unggahan mereka tidak terlepas dari berbagai respons warganet.

Baca Juga

Selain pro, ada mereka yang memiliki pendapat kontra dengan mengkritik pejabat publik atau instansi pemerintah. Sayangnya, di tengah era digital ini, ada beberapa pihak yang sengaja membungkam kritikan ini dengan beragam cara.

Di antaranya adalah menenggelamkan kritikan yang masuk dari kolom balasan atau bagian trending topic. Selain memakai bot, ada cara terbaru, yaitu menanyakan akun provider, bank, kafe, atau lainnya untuk mengutarakan keluhan.

Interaksi mereka otomatis membuat reaksi warganet ikut tenggelam. Pengguna harus menggulir ke bagian bawah untuk mengetahui respons warganet lain. Menanggapi fenomena ini, pakar budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan angkat bicara.

Menurut dia, jika ingin mencapai sebuah tujuan harus membutuhkan dukungan suara yang seragam agar lebih mudah. Namun, saat ini, hampir setiap orang mempunyai medsos sehingga mereka bebas menyuarakan pendapat dan pikirannya.

Nah, ini terkadang untuk membuat keputusan menjadi sulit. Bagi orang yang memikirkan ini kemudian punya jalan keluar, wah ini suara harus diseragamkan. Untuk menyeragamkannya sekarang orang tidak bisa dibungkam. Tidak bisa tangkap, itu cara lama pasti akan dapat kritik. Maka muncul sensor gaya baru,” kata Firman kepada Republika.co.id, Jumat (31/3/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement