REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter yakin, mereka kini menemukan misteri di balik pembengkakan otak yang menyebabkan kematian Bruce Lee. Seniman dan aktor bela diri legendaris itu meninggal di Hong Kong pada 20 Juli 1973, dalam usia 32 tahun karena pembengkakan otak.
Dokter mengatakan, pembengkakan tersebut disebabkan oleh terlalu banyak minum air. “Kami mengusulkan bahwa ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan air membunuh Bruce Lee,” tulis para peneliti dalam jurnal Clinical Kidney Journal edisi mendatang seperti dilansir laman New York Post, Selasa (21/3/2023).
"Ironisnya, Lee membuat kutipan terkenal 'Jadilah air, temanku', tetapi kelebihan air tampaknya akhirnya membunuhnya."
Pada saat itu, dokter percaya bahwa pembengkakan otak disebabkan oleh obat penghilang rasa sakit. Namun hampir 50 tahun setelah kematian ikon Enter the Dragon, penelitian menunjukkan mendiang kemungkinan meninggal karena hiponatremia yaitu konsentrasi natrium yang rendah dalam darah yang dapat disebabkan oleh terlalu banyak air atau cairan dalam tubuh.
Hal ini diungkapkan oleh Mayo Clinic. Temuan para peneliti jauh dari dugaan orang tentang kematiannya, termasuk desas-desus bahwa dia dibunuh oleh gangster, diracuni oleh kekasih yang cemburu, korban kutukan, hingga meninggal karena sengatan panas.
Para ilmuwan menyatakan, Lee memiliki banyak faktor risiko hiponatremia termasuk asupan cairan yang tinggi, faktor yang dapat meningkatkan rasa haus seperti penggunaan mariyuana. Dokter menduga kuat ada faktor yang melemahkan kemampuan ginjal Lee untuk mengeluarkan air seperti penggunaan obat resep, alkohol, riwayat cedera ginjal sebelumnya, dan asupan zat terlarut yang rendah.
Peneliti mencatat sejarah masa lalu Lee yang berpotensi relevan dengan penyebab kematiannya, termasuk kelebihan asupan air. Istri Lee, Linda, pernah menyebutkan dietnya yang berbasis cairan wortel dan jus apel. Matthew Polly, penulis buku 2018 Bruce Lee: A Life berulang kali merujuk pada asupan air Lee pada siang hari, termasuk penyebab dia jatuh sakit.
“Kurasa kita punya air yang mungkin membuatnya sedikit lelah dan haus. Setelah beberapa teguk dia tampak sedikit pusing. Segera setelah pingsan, Bruce mengeluh sakit kepala,” tulis Polly dalam buku itu.
Faktor-faktor lain dalam riwayat medis Lee dianggap relevan oleh para peneliti termasuk ganja, alkohol, asupan zat terlarut diet rendah, obat resep, diuretik, opioid, disfungsi ginjal, olahraga, dan episode edema serebral dua bulan sebelum kematiannya.
“Sebagai kesimpulan, kami berhipotesis bahwa Bruce Lee meninggal karena bentuk khusus dari disfungsi ginjal, yaitu ketidakmampuan mengeluarkan cukup air,” tulis para peneliti.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan hiponatremia, edema serebral, dan kematian dalam beberapa jam. "Itu bisa terjadi jika kelebihan asupan air tidak diimbangi dengan ekskresi air dalam urine yang sejalan dengan garis waktu kematian Lee," tulis penelitian.